Wednesday, April 4, 2012

Micro Teaching

Profil Labor Micro Teaching

A.    Latar Belakang
Dalam buku praktek keguruan karangan S. Nasution, Depdikbud, 1974, dikatakan sebagai berikut, “kalau kita telaah, maka kita lihat bahwa guru yang baik pertama-tama ialah guru yang pandai mengajar, yang pandai menjelaskan pelajaran, sehingga difahami murid-murid.” Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Profesor Dr. Daud Yusuf, mengungkapkan bahwa hanya ada dua jabatan di dunia ini, yaitu jabatan guru dan non guru. Mengapa? Salah satu hal yang penting yang membedakan kedua jabatan tersebut adalah mengajar.
Mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang    kompleks/rumit. Mengapa? Coba Anda ingat ketika mengajar di kelas, dan bandingkan dengan penjelasan di bawah ini.
1.    Kelas adalah tempat yang penuh dengan kesibukan dan rumit (kompleks), Umpamanya guru harus mengenal siswanya sebelum menyampaikan bahan, merumuskan tujuan yang ingin dicapai selama pertemuan itu, memilih bahan yang ingin diberikan, metode dan media mana yang dapat membentu memperjelas pengertian yang masih bersifat umum dan abstrak, yang dapat mendorong para siswa belajar memperhatikan, berani bertanya, dan sebagainya. Karena ramainya “lalu lintas kegiatan” guru sulit untuk menelusuri segala sesuatu  yang sedang berlangsung di dalam kelas guna perbaikan mengajar selanjutnya.
2.    Interaksi guru dan siswa yang beraneka ragam dan tingkatannya mengakibtkan terbatasnya waktu guru untuk merefleksi bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung, guru sulit menentukan pola tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap belajar siswa. Umpanya: Gaya mengajar mana yang memberi kesan positif pada siswa selama ini? Tekhnik strategi mengajar mana yang dapat membantu kejelasan konsep selama ini? Media dan metode mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu bahan sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar? Humor mana yang kena dengan situasi yang bagaimana? Rekaman data siswa di kelas yang diingat hanya tertuju pada beberapa siswa tertentu saja, umpanya siswa yang menonjol kepandaiannya, suka bikin ribut di kelas, atau yang berdaya tarik istimewa. Hal-hal ini tidak akan membantu perbaikan penampilan mengajar guru secara efektif dalam membelajarkan siswa.
3.    Khusus bagi guru muda dan mahasiswa calon guru, karena kurang pengalaman mempelajari segi-segi tingkah laku siswa, kurang pengalaman mengadakan interaksi dengan siswa, dan lebih-lebih kurang pengalaman memusatkan dan menganalisis tingkah lakunya sendiri, maka perbaikan lebih dimungkinkan bila pada waktu mengajar ia sadar untuk mengumpulkan informasi secara teratur (sistematis) tentang interaksi yang sedang terjadi untuk dijadikan bahan pertmbangan guna perbaikan mengajarnya, baik oleh dirinya sendiri maupun oleh kerabat kerja untuk diminta pertimbangan.
4.    Profesi guru yang bersifat sendiri ( the lonelly profession ). Jabatan nonguru, umpanya di kantor, selalu bersama tenaga atau karyawan yang lain, sedangkan jabatan guru selalu seorang diri pada waktu mengajar. Ini berarti (implikasinya) bahwa segala permasalahan yang muncul harus dapat dipecahkan oleh guru itu sendiri. Dengan kata lain, pada waktu mengajar, apabila ada hal-hal yang perlu dijawab oleh guru, tentu saja guru tidak akan meninggalkan kelas untuk mencari jawaban melalui teman sejawat dan, kalau hal itu terjadi, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi di dalam kelas yang ditinggalkan itu.
Setelah kita mengikuti penjelasan panjang lebar mengenai keempat butir di atas sebagai rasionel keterampilan dasar pengajaran mikro maka dapat kita simpulkan bahwa:
1.    Keempat butir rasionel keterampilan dasar mengajar mikro benar-benar menunjuk pada mengajar yang merupakan suatu perbuatan yang rumit (kompleks).
2.    Perbuatan yang kompleks ini dapat kita artikan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan (J.J Hasibuan, 1983:36).
3.    Perbuatan yang kompleks ini dapat kita artikan dengan kata lain sebagai berikut:
Dari pihak penampilan guru:
3.1.    Dituntut kemampuan personal, profesional, dan sosial kultural secara terpadu di kelas.
3.2.    Dituntut penyesuaian materi dan metode, teori dan praktek secara integratif    (terpadu) dalam interaksi dengan siswa. Tujuan latihan adalah untuk pengembangan dan perbaikan penampilan guru dalam mengajar melalui umpan balik yang dilaksanakan dengan segera dan berkesinambungan.
Sistem Pendidikan tenaga kependidikan di Indonesia memberikan pedoman umum tentang kompetensi tenaga kependidikan. Ada tiga kompetensi yang harus saling tunjang menunjang secara terpadu. Tiga kompetensi itu adalah:
(1) Kompetensi Pribadi (bakat),
(2) kompetensi professional,
(3) kompetensi kemasyarakatan.
Dalam buku ini akan dibahas tentang kompetensi profesional karena hal ini dapat dilakukan melalui strategi pengajaran mikro. Perwujudan kompetensi ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab para pembina tenaga kependidikan. Hal ini menunjukkan perlunya suatu sistem pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan yang terpadu.
 Seperti diketahui bahwa salah satu tugas pokok guru adalah mengajar, oleh karena itu bahwa salah satu tugas pokok guru adalah mengajar, oleh karena itu kompetensi profesional yang mendukung kemampuan guru dalam mengajar haruslah menjadi titik berat dalam pro¬gram penyiapan calon guru (pra jabatan). Meskipun mengajar itu sebuah proses pembelajaran, akan tetapi terdapat berbagai keterampilan dasar yang selalu dipergunakan guru mengajar.
Mengajar memang merupakan kegiatan yang kompleks, aka tetapi dapat diatasi dengan meningkatkan kemampuan berbagai keterampilan mengajar (teaching skill). Keterampilan-keterampilan itu memerlukan latihan terlebih dahulu, baik berupa latihan keterampilan secara terisolasi (keterampilan tertentu saja) maupun latihan secara terintegrasi. Oleh karena itu latihan mengajar lengkap harus didahului dengan latihan keterampilan bahagian-bahagian yang disebut micro teaching. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu menjadi perhatian guru dalam mengajar adalah:

1.    Menguasai apa yang akan diajar,
2.    Menarik perhatian murid dalam mengajar,
3.    Menentukan tujuan pelajaran,
4.    Memilih metode / strategi mengajar,
5.    Membuat alat peraga / media,
6.    Merencanakan / menyusun setting kelas,
7.    Membuat alat penilaian (evaluasi),
8.    Dan sebagainya.

Guru yang berhasil harus menguasai perbuatan-perbuatan tersebut di atas. Guru yang menguasai didaktik dan yang tidak menguasainya, akan terjadi perbedaan dalam kegiatan mengajarnya. Mengahar yang kompleks itu dapat diuraikan dalam beberapa keterampilan yang dapat dilatih / dikuasai oleh guru / calon guru. Hal itu hanya dapat dipelajari melalui pengajaran mikro (micro teaching). Oleh sebab itu upaya peningkatan kemampuan profesional guru haruslah mendapat perhatian sungguh-sungguh. Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang ditanamkan melalui program pengajaran mikro, haruslah dikembangkan selanjutnya melalui Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah-sekolah di bawah pengawasan Kepala Sekolah dan Supervisor atau Pembimbing Praktek PPL. Dengan demikian, pengembangan kompetensi guru dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dalam suatu program yang sistematik.
Pengajaran mikro, mulai dirintis di Stanford University USA, sekitar tahun 1963, sebagai salah sate usaha dalam meningkatkan mute guru, khususnya dalam meningkatkan kemampuan / keterampilan mengajar (teaching skills). Dalam waktu singkat "micro teaching" telah digunakan di sebagian besar lembaga kependidikan guru di Amerika Serikat, juga diberbagai negara lain. Berdasarkan rekomendasi dari "The second sub-regional Workshop on Teacher Education" di Bangkok bulan Nopember 1971, pengajaran mikro mulai digunakan di berbagai negara Asia (terutama Malaysia dan Philipina). Di Indonesia mulai diperkenalkan oleh lembaga pendidikan guru IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, IKIP Ujung Pandang, FKIP Universitas Satyawacana sekitar tahun 1977.

B.    Tujuan
    Pengajaran mikro adalah metode latihan penampilan dasar mengajar yang dirancang secara jelas dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses mengajar sehingga guru atau calon guru dapat menguasai satu per satu keterampilan dasar mengajar dalam situasi mengajar yang disederhanakan.
    Dengan tiga definisi tersebut di atas, Sudah ukup bagi anda untuk mengetahui hal-hal yang menjadi pokok masalah dalam pengajaran mikro. Atas dasar definisi-definisi pengajaran mikro dengan penjelasannya, dapat dirumuskan tujuan dan manfaat sebagai berikut:
a.  Untuk pengembangan dan perbaikan penampilan mengajar guru.
b. Skala kecil berarti situasi mengajar disederhanakan dan pelaksanaan umpan balik dimudahkan.
c. Dapat diterapkan melalui rancangan secara jelas, baik untuk penataran para guru maupun untu pendidikan para calon guru.
d.    Rancangan keterampilan dasar mengajar dapat dilengkapi dengan perangkat alat-alat perekam video maupun auditif guna mendapat hasil rekaman yang akurat, dan membantu guru mendapat umpan balik untuk perbaikan dan pengembangan penampilan mengajar di kelas
Mengajar sebagai pembuatan yang kompleks yang mengandung secara serempak unsur teknologi, ilmu seni dan pilihan nilai. Khusus segi teknologi, mengajar dipandang sebagai prosedur kerja dengan mekanisme dan penggunaan perangkat alat yang dapat diuji dan dilatih secara empirik. Secara aktual di kelas, mengajar merupakan penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan yang dilandasi seperangka dan diarakan oleh pilihan nilai, serta memanfaatkan teknologi.
Keterampilan mengajar dapat dilatih secara terisolasi melalui pengajaran mikro, tetapi pada akhirnya harus dilatihkan penggunaannya secara terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajadi di kelas yang sesungguhnya. Oleh karena itu, latihan keterampilan mengajar melalui pengajaran mikro hanya merupakan bagian dari latihan praktik mengajar. Sebelum berlatih seyogyanya dilakukan pengkajian tentang pengajaran mikro, serta pengkajian beberapa keterampilan yang dilatihkan melalui pengajaran mikro ini. 3.3 Dituntut adanya unsur seni, ilmu, tekhnologi, pemilihan nilai-nilai dan keterampilan dalam proses belajar-mengajar. (J.J. Hasibuan, 1986:37-38)
Menurut Brown, meskipun perbuatan mengajar itu sangat kompleks, terutama bagi calon guru yang baru belajar tentang mengajar, elemen-elemen keterampilan yang tercakup di dalamnya dapat dipelajari dan dilatihkan. Latihan yang dirancang dengan menggunakan pendekatan pengajaran mikro (microteaching approach) telah terbukti berhasil dengan baik. Pengalaman penulis di lapangan (penataran, penataran lokakarya/penlok) maupun hasil penelitian tentang latihan ini, terbukti berhasil memperbaiki dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam mengajar.


No comments:

Post a Comment