Monday, April 9, 2012

Mengenal Lukisan Sejak Anak Usia Dini


Mengenal Lukisan Sejak Anak Usia Dini
Penulis :agung
 
Seni merupakan tokoh, membantu anak untuk memahami dunia mereka. Seni membuat mereka mengekspresikan pengalaman-pengalaman dan fantasi-fantasi individu dengan cara realita. Seni mengundang mereka untuk menyentuh dan melakukan eksperimen, mengeksplorasi dan mentransformasi.
Seperti yang kita ketahui setiap orang sudah mengenal tentang seni rupa. Dalam kehidupan kita untuk melengkapi dirinya dengan berbagi peralatan dan penunjang untuk menyempurnakan pekerjaannya. Seni sebagai alat terapi, ungkapan dan komunikasi. Pembelajran seni rupa memerlukan pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan situasi sosial yang tenang untuk keberhasilan.
 Pendidikan seni rupa untuk anak usia dini 
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Seni Rupa
Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang tidak terbatas.
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Belajar seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena dapat juga memberikan efek fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian. Jadi dengan bimbingan yang tepat, akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut. Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya.
B. Pengelolaan Seni Rupa dalam Pembelajaran pada Anak Usia Dini
Pendidikan usia dini memerlukan pengelolaan sesuai karakteristik dan situasi sosial yang kondusif untuk keberhasilan belajar. Sifat pembelajarannya yang kooperatif dengan sebagian kelompok kecil maupun besar, bertangung jawab, belajar menunggu giliran, bekerja tanpa mengganggu teman, membereskan alat, mengambil keputusan, memilih kegiatan, dan kesemuanya terjadi tanpa tekanan.
Pelaksanaan perencanaan juga berorientasi kearah perkembangan individu. Untuk itu guru atau orang tua perlu mengetahui perkembangan anak agar dapat memberikan kegiatan sesuai kebutuhan yaitu perkembangan emosi dan sosial, motorik kasar dan halus, pengamatan dan ingatan, penglihatan dan pendengaran serta mengekspresikan dan menerima bahasa.
Dalam setiap macam perkembangan tersebut, kadang-kadang sangat cepat, sedang saja atau lamban daya tangkap atau peningkatannya. Bagi yang sudah mahir, dipersiapkan tugas yang bervariatif. Tugas itu diharapkan mampu ia selesaikan. Bagi yang sedang, tugas hampir sama degan yang sudah mahir, dengan bentuk yang sudah tersedia atau boleh ia pilih sendiri yang sama. Bagi yang kurang dipersiapkan yang lebih sederhana. Pujian juga sama diberikan kepada mereka. Di sinilah pengertian yang harus ditunjukkan agar merasa berhasil dalam tingkat kemampuannya.
Pengelolaan waktu yang mereka butuhkan akan sangat bervariasi. Semuanya dilakukan dengan santai tanpa menekan. Lama pembelajaran bervariasi melihat situasi dan kemampuan. Karena masa transisi dari perubahan usia emosi penyesuaian diri juga berbeda. Dengan sekolah akan lebih terbantu.
Pengelolaan materi tediri dari berbagai macam media permainan edukatif : pasir, air, bangunan berbagai karya seni dan materi kreatifitas lainnya. Materi ini dikembangkan sesuai kebutuhan. Diharapkan interaksi antara media dapat berjalan semaksimal mungkin. Keluwesan ini membuat setiap anak merasa berhasil dan permasalahan dapat diatasi.

PEMBAHASAN
A. Perlunya Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia Dini
Kualitas emosional penting bagi keberhasilan kemampuan mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar.
Kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa akan membantu mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Idealnya seseorang dapat menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional dengan memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak datang dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan. Serta harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa.
Dari berbagai kegiatan berkarya seni, penulis mengambil beberapa kegiatan yang biasa dilakukan pada saat pembelajaran, yaitu :
1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga kesempatan yang diberikan akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara menggambar:
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, usia 3 – 4 tahun, pergelangan tangan sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresan sudah lebih terbentuk.
Tujuan menggambar bagi anak :
1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2. Mengembangkan daya kreativitas
3. Mengembangkan kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan citra diri anak
2. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan biasanya crayon, pencil, cat air, cat minyak.
Dalam pembelajaran melukis biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirri khas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hidup mereka sendiri. Anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkan ide.
3. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Mereka merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat peka pada dunia sekitar mereka.
4. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
 

No comments:

Post a Comment