Sunday, April 8, 2012

MAKALAH MATA KULIAH DASAR-DASAR ILMU BUDAYA BENANG MERAH ANTARA TARI SAMAN DAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki beragam suku di tanah air dari sabang sampai merauke sehingga Indonesia menjadi kaya akan kebudayaan dari seluruh suku tersebut. Kebudayaan tersebut dapat berupa tarian, bahasa, nyanyian, olahraga, pakaian, dan adat istiadat.
Banyak unsur yang melatarbelakangi lahirnya kebudayaan, salah satunya adalah unsur kepercayaan. Dari sekian banyak kepercayaan yang ada di Tanah Air ini, salah satunya yang paling berpengaruh adalah Islam. Islam memberikan warna yang khas dalam sebagian besar kebudayaan yang ada di negeri ini mulai baik tari, bahasa, nyanyian, adat-istiadat dan lain sebagainya.
Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman ini terletak pada kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis. Tidak salah jika tari saman banyak memikat hati para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Namun yang lebih menarik lagi adalah bahwa dari sekian banyak tarian yang ada di negeri ini hanya tari saman yang menggunakan syair atau lagu pengiring bernuansa religi Islam. Oleh karena itu dalam makalah ini akan mencoba untuk menemukan dimanakah peran agama Islam dalam tari saman ini.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana asal usul tari saman ?
  2. Dimanakah sebenarnya benang merah antara tari saman dan islam ?

1.3  Batasan Materi

Masalah yang akan dibahas terbatas pada kebudayaan tari saman di Aceh
1.4 Tujuan Penulisan
  1. Mengetahui asal usul tari saman
  2. Mengetahui dimanakah letak sebenarnya benang merah antara tari saman dan islam


BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi kebudayaan menurut para ahli
  1. 1. Edward B. Taylor, Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
  2. 2. M. Jacobs dan B.J. Stern, Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
  3. 3. Koentjaraningrat, Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
  4. 4. Dr. K. Kupper, Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
  5. 5. William H. Haviland, Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.
  6. 6. Ki Hajar Dewantara, Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Dari beberapa definisi tentang kebudayaan diatas penulis menyimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil karya manusia yang masih bertahan dari masa lalu sampai saat ini yang bisa diterima masyarakat atau suku tertentu yang dipengaruhi unsure-unsur tertentu dan memiliki nilai.

2.2 Definisi Islam
Islam (Arab: al-islām, الإسلام: “berserah diri kepada Tuhan” adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah,
2.3 Definisi Tari
  • Dikutip oleh M. Jazuli dalam dalam (Soeryobrongto: 1987, 12-34) bahwa tari adalah gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi music
  • Hawkins, (1990:2) tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah kedalam imajinasi dalam bentu media gerak sehingga gerak tersebut sebagai ungkapan si penciptanya.


BAB III PEMBAHASAN MATERI

3.1 Asal usul tari saman
Tari  Saman atau yang terkenal dengan tari seribu tangan ini diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo, Aceh tenggara.  Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah,syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga berisi petuah-petuah dan dakwah. Tarian saman diduga berasal dari tarian Melayu kuno karena tari saman menggunakan dua gerakan yang umum digunakan dalam tarian Melayu kuno: tepuk tangan dan tepuk dada. Menurut cerita, Syeikh Saman menyebarkan agama Islam sambil mempelajari tarian Melayu kuno.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis. Gerakannya beragam, antara lain: gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring, dan gerak lengek. Keunikan tari saman adalah gerakan tangannya yang dinamis, perubahan posisi duduk para penari, dan goyangan badan yang dihentakkan ke kiri atau kanan ketika syair lagu dinyanyikan. Tari saman tidak menggunakan musik loh, hanya syair yang dinyanyikan serta suara tepukan tangan, dada, dan paha.
Pada umumnya, tari saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki dengan jumlah ganjil. Namun dalam perkembangan selanjutnya tari saman juga ditarikan oleh perempuan. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa tarian ini ditarikan oleh 10 orang. Delapan orang penari dan dua orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Seorang Syeikh ditunjuk sebagai pengatur gerakan dan penyanyi syair-syair lagu untuk tarian ini. Para penari saman memakai kostum seragam khas Aceh: bulan teleng di kepala, penutup leher, dan gelang di kedua pergelangan tangan. Sebelum menari, para penari duduk berbaris memanjang ke samping dengan lutut ditekuk. Syeikh duduk di tengah-tengah para penari lainnya kemudian menyanyikan syair atau lagu yang diikuti dengan berbagai gerakan oleh penari yang lain. Gerakan dan lagu yang dinyanyikan memiliki hubungan yang dinamis, sinkron, dan memperlihatkan kekompakkan. Tarian ini diawali dengan satu gerakan lambat, dengan tepuk tangan, tepuk dada, dan paha, serta mengangakat tangan ke atas secara bergantian. Semakin lama, gerakan tarian ini semakin cepat hingga tari saman pun berakhir.

3.2 Benang merah antara tari saman dan Islam
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) adalah provinsi paling barat di bumi nusantara. Daerah ini dikenal sebagai Serambi Makkah-nya nusantara. Agama Islam yang masuk ke Indonesia dipercaya juga berawal dari wilayah ini. Tak heran bila nuansa keislaman sangat kental di provinsi tersebut. Sebagian besar penduduk di Aceh menganut agama Islam. Dari ke 13 suku asli yang ada di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama Islam. Selain itu provinsi Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini Syariat Islam diberlakukan kepada sebagian besar warganya yang menganut agama Islam.
Tarekat Sammaniyah pertama kali masuk ke Indonesia melalui Aceh dan dibawa oleh Syekh Abdussamad al-Falimbani sekitar abad ke-18. Tarekat Sammaniyah mengajarkan zikir dan wirid untuk mendekatkan diri kepada Allah kepada murid-muridnya. Wirid dan zikir itu biasanya diamalkan seusai melaksanakan shalat lima waktu dan dengan cara duduk bersila.
Seiring dengan perkembangannya, zikir dan wirid Sammaniyah terus berkembang. Di Sudan dan Nigeria, zikir dan wirid Sammaniyah ini dilaksanakan dengan cara berdiri sambil memuji kebesaran Allah SWT. Tak hanya wirid seusai shalat lima waktu, zikir dan wirid Sammaniyah biasanya dilaksanakan pada peringatan hari besar Islam, seperti maulid Nabi SAW, Isra Miraj, dan sebagainya.
Pengamat sejarah Gayo, Ir Wahab Daud, menjelaskan, tari Saman sangat identik dengan agama Islam karena tarian ini dikembangkan sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam, khususnya di dataran tinggi Gayo Lues. Liriknya bermakna nasihat, petuah agama, petunjuk hidup, dan sebagainya. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan kebersamaan.
Sejalan dengan kondisi Aceh yang berada dalam peperangan, syekh pun menambahkan syair-syair yang berisi semangat juang rakyat Aceh. Tari ini terus berkembang sesuai kebutuhannya. Sampai sekarang, tari ini lebih sering ditampilkan dalam perayaan-perayaan keagamaan dan kenegaraan.


BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

  1. Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat.
  2. Tari saman merupakan hasil karya seni seorang ulama dari suku Gayo yang bernama Syeikh Saman
  3. Tari saman merupakan tarian yang ditampilkan dalam perayaan-perayaan hari besar islam.
  4. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo dan berisi pujian-pujian kepada Allah swt. yang dimaksudkan untuk meningkatkan keimanan seorang muslim.

4.2 Saran

  1. Disamping melihat dan memperhatikan keindahan suatu kebudayaan di Indonesia secara penampilan akan lebih jika ditambah dengan memperhatikan nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam kebudayaan tersebut.
4.3 Daftar pustaka

No comments:

Post a Comment