Sunday, April 1, 2012

MAKALAH BERMAIN SAMBIL BELAJAR MAKALAH BERMAIN SAMBIL BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran ada berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik. Diantaranya adalah metode belajar sambil bermain ataupun bermain sambil belajar. Pada hakikatnya dua macam metode tersebut sama-sama saling mendukung dalam proses belajar anak didik.
Pada umumnya dalam proses pendidikan pada anak balita atau usia dini lebih diutamakan pada metode bermain sambil belajar. Hal ini dilakukan karena metode ini lebih sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka bermain. Maka para pendidik memanfaatkan hal ini untuk mendidik mereka dengan cara bermain sambil belajar yaitu disamping mereka bermain mereka sekaligus mengasah ketrampilan dan kemampuan. Cara ini akan lebih berkesan dalam memori otak anak-anak untuk perkembangan pengetahuannya karena pada usia dini adalah masa-masa perkembangan memori otak sangat pesat.
Di seluruh dunia anak bermain. Bermain bagi anak bagaikan bekerja bagi manusia dewasa. Ada anak-anak yang bermain dengan patut, namun ada juga yang bermain ”cukup berbahaya” mereka lakukan sebagai kanak-kanak. Peran pendidikanlah untuk mengawal bagaimana permainan dapat menumbuh kembangkan mereka secara patut dan utuh sebagai anak manusia.
Para ahli psikologi berpendapat bahwa masa pendidikan di TK merupakan masa usia emas (golden age). Pemberian pendidikan yang tepat pada masa ini berpengaruh sangat signifikan bagi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan TK dapat memberi andil bagi peningkatan mutu sumber daya manusia. Pada fase usia emas ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, serta emosional dan intelektualnya.
Pada usia ini pula, anak mulai belajar mengembangkan kemampuan bahasa dan sosialnya. Usia emas itu datang hanya sekali dan tidak dapat terulang lagi pada fase berikutnya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya. Anak pada usia ini harus mendapatkan beragam input yang merangsangnya, utamanya pengembangan kepribadian dan potensi diri baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak TK sesuai kompetensinya. Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Bermain disesuaikan dengan perkembangan anak. Permainan yang digunakan di TK merupakan permainan yang merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK (Depdiknas, 2006).
Seto Mulyadi (2006) psikolog anak, menjelaskan bahwa anak adalah anak, anak bukan manusia dewasa mini, karena itu metode pembelajaran terhadap anak harus disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain. Pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara-cara bermain yang menyenangkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian dan pokok-pokok pemikiran tersebut, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Bermain sambil belajar?
2. Bagaimana proses bermain sambil belajar?

C. Tujuan Penulisan Makalah
Dari rumusan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apa itu bermain sambil belajar.
2. Mengetahui proses bermain sambil belajar.
























BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis Kegiatan Bermain
Beberapa ahli psikologi anak seperti Rodgers, Erikson, Piaget, Vygotsky, dan Freud, menyampaikan paling tidak ada tiga jenis kegiatan bermain yang mendukung pembelajaran anak, yaitu, bermain fungsional atau sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif.
Bermain fungsional atau sensorimotor dimaksudkan bahwa anak belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika anak-anak disediakan kesempatan untuk bergerak secara bebas berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan, dihadapkan dengan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. Anak dibina dengan berbagai cara agar mereka dapat bermain secara penuh dan diberikan sebanyak mungkin kesempatan untuk menambah macam gerakan dan meningkatkan perkembangan sensorimotor.
Bermain peran disebut juga bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Bermain peran ini sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun. Bermain peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan spasial, afeksi, dan keterampilan kognisi. Bermain peran memungkinkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Kualitas pengalaman main peran tergantung pada beberapa faktor, antara lain; (1) cukup waktu untuk bermain, (2) ruang yang cukup, dan (3) adanya peralatan untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan.
Menurut Erikson terdapat dua jenis bermain peran, yaitu bermain peran mikro dan makro. Bermain peran mikro dimaksudkan bahwa anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, misalnya orang-orangan kecil yang lagi berjual beli. Sedangkan bermain peran makro, anak secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan tema. Misalnya peran sebagai ayah, ibu, dan anak dalam sebuah rumah tangga.
Bermain konstruktif dilakukan melalui kegiatan bermain untuk membuat bentuk-bentuk tertentu menjadi sebuah karya dengan menggunakan beraneka bahan, baik bahan cair, maupun bahan terstruktur, seperti air, cat, krayon, playdough, pasir, puzzle, atau bahan alam lain. Bermain pembangunan menurut Piaget dapat membantu mengembangkan keterampilan anak dalam rangka keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Melalui bermain pembangunan, anak juga dapat mengekspresikan dirinya dalam mengembangkan bermain sensorimotor, bermain peran, serta hubungan kerja sama dengan anak lain dan menciptakan karya nyata.
Dalam kegiatan bermain, dikenal adanya konsep intensitas dan dentitas. Konsep intensitas menekankan pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk berpindah melalui tahap perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang dibutuhkan Misalnya anak-anak harus memiliki pengalaman harian yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan bahan yang bersifat cair, mendapatkan kesempatan untuk menggambar, melukis, dan keterampilan awal menulis. Bahan-bahan seperti kertas dengan tekstur, ukuran, dan warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon, papan lukis dengan kertas berbagai ukuran dan kuas akan membantu anak sepanjang waktu untuk berkembang melalui tahap awal dari corat-coret menuju ke penciptaan sesuatu yang bermakna dan menuju ke menulis kata dan kemudian kalimat.
Konsep densitas menekankan pada keanekaragaman kegiatan bermain yang disediakan untuk anak di lingkungannya. Kegiatan ini harus memperkaya kesempatan pengalaman anak melalui beberapa jenis bermain yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak. Misalnya untuk melatih keteramplan pembangunan anak dapat menggunakan cat di papan lukis, nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja, dan sebagainya. Anak-anak dapat menggunakan palu dengan paku dan kayu, sisa-sisa bahan bangunan untuk berlatih keterampilan pembangunan terstruktur. Dengan demikian berarti dalam kegiatan bermain harus mempunyai intensitas dan dentitas yang memadai.

B. Model Pembelajaran
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK, dikenal beberapa model pembelajaran, misalnya model klasikal, model kelompok dengan pengaman, model pembelajaran berdasarkan sudut kegiatan, serta model berdasarkan berdasarkan area, dan sentra.
Model klasikal merupakan model pembelajaran yang paling sederhana yang menganggap anak memiliki kemampuan sama. Dengan sarana bermain yang sangat terbatas, menyebabkan pembelajaran yang dilaksanakan kurang menekankan kegiatan bermain, tetapi lebih bersifat akademik. Model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman merupakan pola pembelajaran, dimana anak dibagi menjadi beberapa kelompok dengan kegiatan pengaman, sedangkan model pembelajaran berdasarkan sudut kegiatan, anak-anak dibagi-bagi menjadi beberapa sudut kegiatan.
Penggunaan model ini sudah mulai memperhatikan keberagaman kemampuan dan minat anak, dengan menfasilitasi sarana pembelajaran/bermain lebih bervariasi. Kini, model pembelajaran berdasarkan area atau sentra merupakan penyempurnaan dari sebelumnya. Pembelajaran yang menggunakan area, dengan tersedianya banyak area, misalnya area seni, area balok, area memasak, area bermain peran, area baca-tulis, area matematika, area gerak dan musik, area pasir dan air, area IPA, dan area agama, kegiatan bermain anak dalam rangka efektivitas pembelajaran dapat terpenuhi tentu dengan direncanakan secara matang dan dilaksanakan dengan baik. Demikian juga pada pembelajaran dengan sentra, proses pembelajaran bukan hanya didukung dengan penyediaan sentra bermain yang beraneka ragam, tetapi juga didukung untuk membangun konsep, aturan, ide, dan pengetahuan anak dengan pijakan/penataan lingkungan bermain, penataan sebelum bermain, penataan selama bermain, dan penataan setelah bermain, yang semuanya disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.
Dengan pengelolaan sarana bermain, kita dapat menciptakan situasi belajar sambil bermain yang menyenangkan bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan, membantu anak dalam pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan. Selain itu, pengelolaan tersebut dapat memberi kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi atau berinteraksi dengan lingkungannya, membiasakan anak berperilaku disiplin dan bertanggungjawab, dapat membangkitkan imajinasi, serta mengembangkan kreativitas anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan yang tepat di TK mempunyai pengaruh sangat signifikan bagi proses tumbuh kembang anak dan mempengaruhi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya, karena pada masa ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, bahasa dan sosialnya. serta emosional dan intelektualnya
Cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak TK adalah melalui pembelajaran yang menekankan pada kegiatan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Permainan yang digunakan di TK merupakan permainan yang didisain sedemikian rupa, sehingga merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK yang sangat tepat.
Dalam implementasinya, guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK menggunakan pola yang disebut model pembelajaran. Apapun model pembelajaran yang digunakan di TK, namun yang terpenting harus dikemas dalam konteks bermain yang betul-betul didisain secara matang, dengan memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis anak. kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara aktif, serta menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan tematik.

B. SARAN
1.   Guru atau Tutor harus kreatif dalam mencari materi pembelajaran.
2.  Orang tua diharapkan memberikan panduan dan arahan anak semenjak usia dini.
2. Orang tua dan masyarakat diharapkan ikut berperan aktif dalam pelaksanaan program PAUD.








No comments:

Post a Comment