BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan
pendidikan metode pembelajaran ada berbagai metode yang dilakukan oleh para
pendidik. Diantaranya adalah metode belajar sambil bermain ataupun bermain
sambil belajar. Pada hakikatnya dua macam metode tersebut sama-sama saling
mendukung dalam proses belajar anak didik.
Pada umumnya dalam proses
pendidikan pada anak balita atau usia dini lebih diutamakan pada metode bermain
sambil belajar. Hal ini dilakukan karena metode ini lebih sesuai dengan kondisi
anak-anak yang cenderung lebih suka bermain. Maka para pendidik memanfaatkan
hal ini untuk mendidik mereka dengan cara bermain sambil belajar yaitu
disamping mereka bermain mereka sekaligus mengasah ketrampilan dan kemampuan.
Cara ini akan lebih berkesan dalam memori otak anak-anak untuk perkembangan
pengetahuannya karena pada usia dini adalah masa-masa perkembangan memori otak
sangat pesat.
Di seluruh dunia anak
bermain. Bermain bagi anak bagaikan bekerja bagi manusia dewasa. Ada anak-anak
yang bermain dengan patut, namun ada juga yang bermain ”cukup berbahaya” mereka
lakukan sebagai kanak-kanak. Peran pendidikanlah untuk mengawal bagaimana
permainan dapat menumbuh kembangkan mereka secara patut dan utuh sebagai anak
manusia.
Para ahli psikologi
berpendapat bahwa masa pendidikan di TK merupakan masa usia emas (golden age).
Pemberian pendidikan yang tepat pada masa ini berpengaruh sangat signifikan
bagi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan TK dapat
memberi andil bagi peningkatan mutu sumber daya manusia. Pada fase usia emas
ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan
fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, serta emosional dan
intelektualnya.
Pada usia ini pula, anak
mulai belajar mengembangkan kemampuan bahasa dan sosialnya. Usia emas itu
datang hanya sekali dan tidak dapat terulang lagi pada fase berikutnya. Oleh
karena itu, masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting untuk
meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya. Anak pada usia ini harus
mendapatkan beragam input yang merangsangnya, utamanya pengembangan kepribadian
dan potensi diri baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai
agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni
sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Bermain merupakan cara yang
paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak TK sesuai kompetensinya.
Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru
dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Bermain disesuaikan dengan
perkembangan anak. Permainan yang digunakan di TK merupakan permainan yang
merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar
dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK
(Depdiknas, 2006).
Seto Mulyadi (2006) psikolog
anak, menjelaskan bahwa anak adalah anak, anak bukan manusia dewasa mini,
karena itu metode pembelajaran terhadap anak harus disesuaikan dengan
perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain. Pada dasarnya anak senang
sekali belajar, asal dilakukan dengan cara-cara bermain yang menyenangkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari
uraian dan pokok-pokok pemikiran tersebut, maka permasalahan yang akan diungkap
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Bermain sambil belajar?
2. Bagaimana proses bermain sambil
belajar?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Dari rumusan diatas,
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apa itu bermain sambil
belajar.
2. Mengetahui proses bermain sambil
belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis Kegiatan Bermain
Beberapa ahli psikologi anak
seperti Rodgers, Erikson, Piaget, Vygotsky, dan Freud, menyampaikan paling
tidak ada tiga jenis kegiatan
bermain yang mendukung pembelajaran anak, yaitu, bermain fungsional atau
sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif.
Bermain fungsional atau
sensorimotor dimaksudkan bahwa anak belajar melalui panca inderanya dan melalui
hubungan fisik dengan lingkungannya. Kebutuhan sensorimotor anak didukung
ketika anak-anak disediakan kesempatan untuk bergerak secara bebas berhubungan
dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar
ruangan, dihadapkan dengan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang
mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. Anak dibina dengan berbagai cara
agar mereka dapat bermain secara penuh dan diberikan sebanyak mungkin
kesempatan untuk menambah macam gerakan dan meningkatkan perkembangan
sensorimotor.
Bermain peran disebut juga
bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Bermain
peran ini sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak
pada usia tiga sampai enam tahun. Bermain peran dipandang sebagai sebuah
kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerja
sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian
diri, keterampilan spasial, afeksi, dan keterampilan kognisi. Bermain peran
memungkinkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali
masa lalu. Kualitas pengalaman main peran tergantung pada beberapa faktor,
antara lain; (1) cukup waktu untuk bermain, (2) ruang yang cukup, dan (3)
adanya peralatan untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan.
Menurut Erikson terdapat dua
jenis bermain peran, yaitu bermain peran mikro dan makro. Bermain peran mikro
dimaksudkan bahwa anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain
berukuran kecil, misalnya orang-orangan kecil yang lagi berjual beli. Sedangkan
bermain peran makro, anak secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan
peran-peran tertentu sesuai dengan tema. Misalnya peran sebagai ayah, ibu, dan
anak dalam sebuah rumah tangga.
Bermain konstruktif
dilakukan melalui kegiatan bermain untuk membuat bentuk-bentuk tertentu menjadi
sebuah karya dengan menggunakan beraneka bahan, baik bahan cair, maupun bahan
terstruktur, seperti air, cat, krayon, playdough, pasir, puzzle, atau bahan
alam lain. Bermain pembangunan menurut Piaget dapat membantu mengembangkan
keterampilan anak dalam rangka keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Melalui
bermain pembangunan, anak juga dapat mengekspresikan dirinya dalam
mengembangkan bermain sensorimotor, bermain peran, serta hubungan kerja sama
dengan anak lain dan menciptakan karya nyata.
Dalam kegiatan bermain,
dikenal adanya konsep intensitas dan dentitas. Konsep intensitas menekankan
pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk berpindah melalui tahap
perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang dibutuhkan Misalnya
anak-anak harus memiliki pengalaman harian yang memungkinkan mereka untuk
berinteraksi dengan bahan yang bersifat cair, mendapatkan kesempatan untuk
menggambar, melukis, dan keterampilan awal menulis. Bahan-bahan seperti kertas
dengan tekstur, ukuran, dan warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon, papan
lukis dengan kertas berbagai ukuran dan kuas akan membantu anak sepanjang waktu
untuk berkembang melalui tahap awal dari corat-coret menuju ke penciptaan
sesuatu yang bermakna dan menuju ke menulis kata dan kemudian kalimat.
Konsep densitas menekankan
pada keanekaragaman kegiatan bermain yang disediakan untuk anak di
lingkungannya. Kegiatan ini harus memperkaya kesempatan pengalaman anak melalui
beberapa jenis bermain yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan
perkembangan anak. Misalnya untuk melatih keteramplan pembangunan anak dapat
menggunakan cat di papan lukis, nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas
meja, dan sebagainya. Anak-anak dapat menggunakan palu dengan paku dan kayu,
sisa-sisa bahan bangunan untuk berlatih keterampilan pembangunan terstruktur.
Dengan demikian berarti dalam kegiatan bermain harus mempunyai intensitas dan
dentitas yang memadai.
B. Model Pembelajaran
Dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di TK, dikenal beberapa model pembelajaran, misalnya model klasikal,
model kelompok dengan
pengaman, model pembelajaran berdasarkan sudut kegiatan, serta model
berdasarkan berdasarkan area, dan sentra.
Model klasikal merupakan
model pembelajaran yang paling sederhana yang menganggap anak memiliki
kemampuan sama. Dengan sarana bermain yang sangat terbatas, menyebabkan
pembelajaran yang dilaksanakan kurang menekankan kegiatan bermain, tetapi lebih
bersifat akademik. Model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan
pengaman merupakan pola pembelajaran, dimana anak dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan kegiatan pengaman, sedangkan model pembelajaran berdasarkan
sudut kegiatan, anak-anak dibagi-bagi menjadi beberapa sudut kegiatan.
Penggunaan model ini sudah
mulai memperhatikan keberagaman kemampuan dan minat anak, dengan menfasilitasi
sarana pembelajaran/bermain lebih bervariasi. Kini, model pembelajaran
berdasarkan area atau sentra merupakan penyempurnaan dari sebelumnya.
Pembelajaran yang menggunakan area, dengan tersedianya banyak area, misalnya
area seni, area balok, area memasak, area bermain peran, area baca-tulis, area
matematika, area gerak dan musik, area pasir dan air, area IPA, dan area agama,
kegiatan bermain anak dalam rangka efektivitas pembelajaran dapat terpenuhi
tentu dengan direncanakan secara matang dan dilaksanakan dengan baik. Demikian
juga pada pembelajaran dengan sentra, proses pembelajaran bukan hanya didukung
dengan penyediaan sentra bermain yang beraneka ragam, tetapi juga didukung
untuk membangun konsep, aturan, ide, dan pengetahuan anak dengan
pijakan/penataan lingkungan bermain, penataan sebelum bermain, penataan selama
bermain, dan penataan setelah bermain, yang semuanya disesuaikan dengan
kebutuhan anak untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.
Dengan pengelolaan sarana
bermain, kita dapat menciptakan situasi belajar sambil bermain yang
menyenangkan bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan, membantu anak dalam
pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan. Selain itu, pengelolaan
tersebut dapat memberi kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dan
berkomunikasi atau berinteraksi dengan lingkungannya, membiasakan anak
berperilaku disiplin dan bertanggungjawab, dapat membangkitkan imajinasi, serta
mengembangkan kreativitas anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan yang tepat di TK
mempunyai pengaruh sangat signifikan bagi proses tumbuh kembang anak dan
mempengaruhi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya, karena pada
masa ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut
pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, bahasa dan
sosialnya. serta emosional dan intelektualnya
Cara yang paling tepat untuk
mengembangkan kemampuan anak TK adalah melalui pembelajaran yang menekankan
pada kegiatan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Permainan yang
digunakan di TK merupakan permainan yang didisain sedemikian rupa, sehingga
merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar
dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK
yang sangat tepat.
Dalam implementasinya, guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK menggunakan pola yang disebut
model pembelajaran. Apapun model pembelajaran yang digunakan di TK, namun yang
terpenting harus dikemas dalam konteks bermain yang betul-betul didisain secara
matang, dengan memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis
anak. kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara aktif, serta
menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar yang beragam,
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan pada aktivitas
bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan tematik.
B. SARAN
1. Guru atau Tutor harus kreatif dalam mencari
materi pembelajaran.
2. Orang tua diharapkan memberikan panduan dan
arahan anak semenjak usia dini.
2. Orang
tua dan masyarakat diharapkan ikut berperan aktif dalam pelaksanaan program
PAUD.
No comments:
Post a Comment