Pendidikan Anak |
Perkembangan anak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.
Semua
anak adalah anak yang berbakat, mereka mempunyai potensi yang unik bila
dibina dan dikembangkan dengan benar dapat turut memberikan sumbangsih
ke dunia ini. Tantangan besar bagi para orangtua dan pendidik adalah
menyingkirkan hambatan yang menghalangi jalan mereka dalam menggapai
impian yang mereka miliki dan meningkatkan potensi mereka.
Sebuah
ungkapan yang sangat menggugah kita, dimana anak merupakan
tanggungjawab kita bersama selaku orangtua, lingkungan masyarakat,
sekolah, serta dalam lingkup yang lebih luas yaitu negara. kebersamaan
dalam mencapai satu tujuan sangatlah diperlukan dalam pembangunan anak
bangsa. Mengingat anak merupakan aset negara yang nantinya ditangan
merekalah nasib dari perjalanan sejarah suatu negara dipertaruhkan.
Oleh
karena itu, perlu dirumuskan suatu bentuk pendidikan yang mampu
menanamkan kecakapan hidup yang meliputi kecakapan berpikir, kecakapan
bertindak, kecakapan belajar, kecakapan untuk hidup didalam masyarakat
dengan bertahap.
Maka dari itu,
dengan latar belakang yang demikian akan merugikan anak jika tidak
dididik dan dibina sejak kecil. Maka penulis berkeinginan untuk
menuliskan karya ilmiah ini, disamping itu juga tentunya dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia sekaligus melatih diri dalam
pembuatan karya ilmiah.
B. Rumusan penelitian
Dengan melihat latar belakang seperti diatas, maka penulis membagi rumusan penelitian kedalam empat pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana faktor bawaan dan rangsangan sering berinteraksi ?
2. Apa modal dasar untuk mencetak anak cerdas ?
3. Bagaimana cara meningkatkan potensi belajar anak ?
4. Apa dan berapa banyak kegiatan yang pas bagi anak sesuai tahapan usia ?
C. Tujuan penelitian.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui interaksi antara faktor bawaan dan rangsangan.
2. Untuk mengetahui modal dasar mencetak anak cerdas.
3. Untuk menjawab cara meningkatkan potensi belajar anak.
4. Untuk mengetahui banyaknya kegiatan yang pas bagi anak sesuai tahapan usia.
D. Manfaat penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini memiliki manfaat salahsatunya :
1. Bagi orangtua
Diharapkan
dengan adanya penulisan ini dapat memberikan informasi kepada orangtua
pada khususnya dan pembaca pada umumnya tentang level motivasi belajar
dan bermain yang dimiliki anak.
2. Bagi institusi pendidikan.
Menerapkan
metode pembelajaran guna meningkatkan potensi berpikir kreatif anak
mengatasi kesulitan–kesulitan serta kesalahan konsep dan keterampilan
anak dalam mengembangkan kreatifitas.
3. Bagi mahasiswa
Melatih diri dalam penulisan karya ilmiah dan merupakan bahan masukan sebagai calon guru.
E. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :
1.
Metode pustaka karena didapat dari perpustakaan yaitu buku yang
berhubungan dengan meningkatkan potensi belajar sebagai akar pendidikan
dan penyeimbang kemampuan anak.
2. Metode deskriptif karena penulis menguraikan permasalahan dan pemecahan masalah yang berlangsung saat itu juga.
BAB II
KAJIAN TEORI
Anak
merupakan aset terbesar dalam kehidupan ini karena anak yang akan
meneruskan perkembangan dan kemajuan bangsa. Maka harus ada keserasian
langkah antara guru dan orangtua akan memotivasi anak untuk memperbaiki
diri.
A. Mengembangkan pola pikir rasional anak.
Menerapkan
pola pikir rasional pada anak akan memudahkannya dalam mengembangkan
kemampuan berpikirnya. Seorang anak yang memiliki pola pikir rasional
akan senantiasa mengacu kepada hal yang bersifat sebab-akibat dan sesuai
dengan logika berpikir yang dapat dia terima. Dirinya akan selalu
berupaya untuk dapat bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan, karena
ia tahu dan punya alasan untuk itu. Yang penting adalah waktu dan
perhatian dari orangtua. Mulailah dengan menanamkan hal-hal yang
bersifat rasional sejak anak sudah dapat berkomunikasi dan bisa menerima
apa yang dikatakan oleh orang lain. Misalnya dengan memberi perhatian
mengapa dia harus makan, mandi, atau mengapa dia harus berbuat baik
kepada orang lain. Dengan memiliki pola pikir rasional, seorang anak
akan tumbuh dengan moral dan integritas yang bagus.
Pola
pikir rasional juga membentuk anak menjadi lebih kreatif. Proses
pembentukan kreatifitas dapat dimulai sejak berada dalam kandungan.
Janin diajak berbicara atau dipaparkandengan moral dan integritas yang
bagus.
Pola pikir rasional juga
membentuk anak menjadi lebih kreatif. Proses pembentukan kreatifitas
dapat dimulai sejak berada dalam kandungan. Janin diajak berbicara atau
dipaparkan dengan stimulan tertentu, seperti musik. Stimulan tersebut
akan merangsang perkembangan otak dan kemampuan anak dalam menerima
informasi. Untuk menumbuhkan kreatifitas anak, paling tidak ada beberapa
hal yang harus diperhatikan orangtua, diantaranya adalah kesempatan
bermain, kebebasan berekspresi, faktor lingkungan, dan pengalaman yang
didapatnya.
B. Kenali gaya belajar anak.
Hal
pertama yang harus diingat orangtua adalah jangan memberi beban pada
anak dalam belajar. Berikan tugas sesuai dengan usia dan tingkat
pendidikannya.
Anak punya gaya
belajar seunik ibu jari. Tak ada yang benar atau salah dalam gaya
belajar mereka. Mungkin saja anak termasuk dalam kategori kinesthetic
learners, lebih mudah menyerap pelajaran secara learning by doing.
Melihat dan mempraktekkan langsung ilmu yang diperolehnya di sekolah
atau gaya audiotory learners, hanya dengan mendengarkan anak bisa
menerima pelajaran yang diterimanya. Mungkin juga bertipe visual
learners, anak bisa menyerap ilmu secara visual, baik dalam bentuk
diagram atau gambar. Selain itu ada juga anak yang dependen dimana dalam
belajar ia memiliki ketergantungan pada alat-alat seperti gambar, alat
berhitung dan sebagainya, ada pula anak yang independen, ia bisa
membaca, menguasai, mencerna bahan tanpa alat bantu.
Jika
orangtua bisa mengetahui cara atau gaya belajar anak, bukan tak mungkin
mereka tak bisa mengakomodasi keunikan dari tiap-tiap gaya belajar anak
tadi. Pada akhirnya, keterampilan belajarnya menjadi kian sempurna.
C. Bijaksana menggunakan Televisi dan Komputer
Sebenarnya
kemajuan teknologi diharapkan dapat menunjang tuntutan hidup masa depan
yang mengutamakan gerak kecepatan dan ketepatan penyebaran informasi.
Diperkenalkannya teknologi komputer secara dini seharusnya menjadikan
anak terampil memperoleh dan mengolah informasi. Namun, kenyataannya
seringkali berkata lain.
Ada
baiknya dikaji kembali, apakah hakikat ideal tersebut diatas telah
dilaksanakan selama ini ? Seandainya belum sepenuhnya, tak perlu ragu
melakukan evaluasi. Tetapi seandainya jauh dari harapan, maka perlu
kiranya orangtua mengubah pola kebiasaan sebelum terlanjur sulit diubah.
Dalam
menggunakan televisi dan komputer, anak membutuhkan panduan khusus dari
orangtua yang berperan sebagai pembimbing dan pengarah. Sebagai langkah
awal, orangtua dapat memilihkan acara, menjadwalkan menonton televisi,
atau jadwal pemakaian komputer untuk bermain. Tunjukkan fungsi esensial
media-media tersebut. sehingga penanaman disiplin pada anak-anak
berlangsung dengan mudah, nyalakan televisi hanya pada saat ingin
memperoleh informasi penting atau hiburan seperlunya atau beli program
komputer yang dapat menunjang kegiatan belajar anak. Bantu anak
mendapatkan gambar dan tema penting dari media massa. Setelah anak cukup
besar, jangan segan-segan memberi kepercayaan kepadanya, sebab tahap
penanaman nilai yang dimulai ketika anak masih kecil telah mereka
lampaui.
Dengan menyiasati
pemakaian kedua alat tersebut, pengaruh buruk yang dapat ditimbulkannya
tentu tak perlu ditakuti. Televisi dan komputer dapat menjadi “kawan”
yang tak tergantikan bagi seluruh keluarga di era informasi ini, asal
tepat dan tahu saatnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam
bab ini penulis akan menerangkan tentang isi pokok permasalahan karya
ilmiah meningkatkan potensi belajar sebagai alat pendidikan dan
penyeimbang kemampuan anak untuk lebih jelasnya penulis jelaskan ke
poin-poin selanjutnya.
A. Interaksi antara faktor bawaan dan rangsangan.
Orang
sudah semakin sadar bahwa faktor keturunan dan lingkungan memainkan
peran yang sama pentingnya terhadap kemampuan anak dalam mempelajari
sesuatu. Dalam pengertian yang luas dapat dikatakan bahwa faktor
keturunan mempengaruhi sejauh mana batasan dan potensi anak, sedangkan
pengalaman yang didapat dari lingkungan memungkinkan sejauh mana potensi
anak bisa ditampilkan. Sejak awal kehidupan, ada pengaruh timbal balik
antara individu dengan lingkungannya, tapi situasi rumah sangatlah
berperan dalam meningkatkan kecerdasan anak. Situasi rumah mencakup
status sosial, latar belakang pendidikan, dan sikap orangtua serta
keadaan ekonomi.
Masyarakat yang
mementingkan perkembangan segi-segi intelektualitas, akan memberikan
kemungkinan belajar meningkat berbeda dengan masyarakat yang lebih
mengutamakan aspek kehidupan yang lain. Bila dua tahun pertama dari
kehidupan anak diisi dengan banyak rangsangan kegiatan yang bermanfaat,
buku-buku, mainan dan sebagainya, maka hasil tes terhadap kecakapannya
akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki sarana dan
kesempatan untuk belajar dan bermain melalui buku-buku tersebut, dengan
bermain akan memperluas kesempatan anak untuk mengembangkan
kemampuannya, seperti kemampuan berbahasa dan koordinasi tangan dan
mata.
Setiap anak akan
menunjukkan reaksi yang berbeda, tergantung dari daya serap, kematangan
perkembangan, dan sikapnya sendiri. Hal ini juga berinteraksi dengan
sikap orangtua, orangtua jangan terlalu banyak menuntut anak untuk
mempelajari sesuatu dengan memberikan begitu banyak rangsangan dan
variasi dalam kehidupan.
Bagaimanapun,
dari dunia yang dihadapi anak. Ia akan memperoleh kesempatan untuk
melatih kemandirian dan mengembangkan kepercayaan diri. Kedua hal inilah
yang akan turut meningkatkan proses belajar anak. Oleh karena itu, anda
harus membantunya untuk mengerti dan memahami apa saja yang terjadi di
sekeliling anak.
B. Modal dasar mencetak anak cerdas.
Selama
dalam kandungan sampai tahun kedua usia kehidupan anak adalah periode
paling rawan bagi pertumbuhan otak. Anak yang cerdas akan banyak
bertanya dan selalu ingin jawaban yang masuk akal. Kalau ia menemukan
sesuatu yang menarik perhatiannya, ia akan asyik memperhatikan atau
mengerjakan sesuatu.
Anak cerdas
biasanya memang imajinatif, kreatif, punya gagasan luas, memiliki
jangkauan pemikiran jauh kedepan, dan selalu ingin belajar hal-hal baru.
Namun, cerdas saja sebenarnya bukan bekal yang cukup bagi kehidupan
pribadi dan sosial anak di kemudian hari. Sejarah manusia di dunia sudah
banyak membuktikan, bagaimana anak-anak cerdas juga bisa tumbuh menjadi
seorang pemimpin yang tiran atau psikopat setelah mereka menjadi orang
dewasa.
1. Makanan juga dapat mempengaruhi IQ dan perilaku.
Anak
yang sempurna tidak hanya cerdas, tetapi juga tumbuh sehat dan
berperilaku menyenangkan. Kecerdasan atau perilaku, diketahui erat
kaitannya dengan kondisi otak dan sistem syaraf pusat.
Pembentukan
otak dan sistem syaraf pusat sangat bergantung pada zat-zat yang
berasal dari makanan jaringan otak dan sebagian neurotransmitter (kimia
otak yang berfungsi sebagai fasilitator pembawa pesan antar neuron)
terbentuk dari asam-asam amino yang berasal dari protein. Beberapa
vitamin B3, B5, B6, B12, C, D, E, asam folat, selenium, kalsium,
magnesium, seng, dan besi berfungsi sebagai pembantu (cofactor) dalam
proses pembentukan otak dan neurotransmitter.
Glukosa
(zat gula yang berasal dari penguraian hidrat arang merupakan energi
penting otak dan menjaga keseimbangan serotonin (neurotransmitter)
pengontrol rasa sakit, tidur, dan perubahan emosi otak. Sedangkan lemak
tak jenuh dan asam-asam lemak esensial seperti omega3 atau omega omega6
penting dalam pembentukan lemak otak.
2. Hubungan mitos-mitos tradisional dengan perilaku anak.
Selain
faktor makanan dan rangsangan luar, kecerdasan, pertumbuhan, dan
perilaku anak juga dihubungkan dengan mitos-mitos tradisional yang sudah
berlangsung turun-temurun.
a. Mengajak bayi bicara.
Sering
mengajak bayi bicara dengan tutur kata yang baik penting dalam
merangsang kecerdaan anak. Sediakan 30 menit saja sehari untuk
berkomunikasi dengan bayi anda, tanpa menggunakan bahasa cadel yang
kekanak-kanakan. Merangsang indera-indera tubuh lainnya juga dapat
meningkatkan kekuatan otak. Misalnya, memperlihatkan benda-benda
bergerak (mobile) dalam warna-warna terang sambil mengajak anak bicara
dan bermain.
b. Banyak makan sayur bayam dan katuk.
ASI
membuat IQ bayi lebih tinggi maka dari itu perlu meningkatkan produksi
ASI dengan memakan sayuran salahsatunya bayam dan katuk, serta minum
susu setiap hari.. bayi-bayi yang diberi ASI memperoleh nilai tertinggi
dalam tes IQ. Rata-rata IQ mereka adalah 8,3 poin lebih tinggi
dibandingkan bayi-bayi yang diberi susu formula. Karena kualitas ASI
sangat bergantung pada makanan dan kondisi gizi ibu selama hamil dan
menyusui harus benar-benar terjaga.
c. Mendengarkan musik.
Musik
menyimpan interaksi dengan otak kanan yang dapat menggugah imajinasi
dan perasaan. Juga rasa santai, kesegaran, dan pemulihan. Bayi sangat
sensitif terhadap suara, termasuk senandung ibunya, lagu-lagu pengantar
tidur atau musik klasik gubahan Mozart dan Vivaldi ternyata dapat
dipergunakan untuk menenangkan bayi yang tampak gelisah, termasuk bayi
dalam kandungan.
d. Emosi ibu saat hamil.
Pertengkarran
antara ibu dan ayah dapat didengar oleh janin dalam kandungan pada saat
yang sama. Ibu yang stres akan mengalami ketidakseimbangan hormonal
yang berkaitan dengan gangguan emosional. Hormon-hormon yang terganggu
ini juga dapat masuk kedalam janin melalui plasenta. Pertengkaran yang
berkepanjangan bahkan dapat menyebabkan anak-anak kelak takut mendengar
suara ayahnya.
C. Meningkatkan potensi belajar anak.
Proses
belajar yang efektif, idealnya tentu saja melibatkan seluruh bagian
otak. Tapi kenyataannya pendidikan yang berlangsung dalam era industri
ini biasanya cenderung menekankan pada fungsi menghafal, meniru, guru
sebagai pusat kekuasaan, patuh, mengikuti rutin, semangat mempertahankan
diri dan fungsi otak kiri (linier, teratur).
1. Cara belajar efektif.
“Bermain
sambil belajar” istilah itu sudah menjadi slogan klasik dalam
pendidikan anak usia prasekolah. Minat anak tumbuh melalui penjelajahan
ketika ia mendengar, mencium, meraba, dan mengecap. Anak-anak bisa
belajar dengan baik, karena mereka belum mengembangkan anggapan bahwa
bermain dan belajar adalah kegiatan yang berdiri sendiri.
Seiring
dengan waktu, belajar menjadi sebuah proses pemaksaan dan pembebanan.
Kondisi ini tentu saja tidak sesuai dengan sifat alamiah proses belajar.
Tapi untunglah kini terjadi revolusi dalam belajar yang dikenal dengan
nama Accelerated Learning (AL). Pendekatan ini sudah berkembang selama
dua puluh tahun.
Pendekatan AL
tidak menekan karena didasarkan pada cara belajar yang alamiah :
gembira, luwes, dan manusiawi. AL tidak memiliki metode tertentu yang
mutlak melainkan pada hasil belajar yang efektif. Semua itu berdasarkan
asumsi bahwa proses belajar akan efektif jika :
a. Lingkungan belajar rileks.
b. Melibatkan secara sadar seluruh tubuh dan fungsi otak (kiri dan kanan).
c. Pelajar terlibat sepenuhnya.
d. Bahan pelajaran yang sesuai dengan konteks.
e. Kerjasama dengan pelajar lainnya.
2. Berlaku untuk siapa saja.
Proses
belajar dapat terjadi pada siapa saja termasuk anak yang sedang koma
karena kerusakan otak pada bagian penghubung otak reptil dan sistem
limbik. Pada awal masa koma, hidung selalu berkeringat, setelah
diputarkan musik, ekspresi wajah akan terlihat lebih rileks dan keringat
di hidung bisa menghilang. Dengan rangsangan musik dan sentuhan yang
rutin perlahan-lahan mulai bisa berkomunikasi dengan orang
disekelilingnya, walau masih dalam keadaan koma.
D. Kegiatan yang pas bagi anak sesuai dengan usia.
Inilah
saran jenis kegiatan yang pas bagi anak-anak sesuai tahapan usia
mereka. Ingatlah bahwa anak-anak mungkin membutuhkan kegiatan lebih
banyak atau malah kurang dari yang disarankan disini.
a. Anak usia 0-3 tahun.
Bagi
balita (usia bawah tiga tahun) yang terpenting adalah mereka menguasai
keterampilan dasar terlebih dahulu. Bisa berkomunikasi dua arah
(berbicara dan mendengarkan), memperhatikan orang bicara, mengerti
konsep dasar warna, ukuran dan bentuk. Keterampilan ini bisa dipelajari
di rumah melalui akrifitas sehari-hari bersama orangtua atau pengasuh.
“Tugas” utama anak-anak usia ini (bahkan hingga anak yang lebih besar)
adalah bermain. Satu jenis kegiatan rutin sebanyak 1-2 kali seminggu
selama maksimal satu jan per sesi sudah cukup untuk anak balita.
Jika
anak tergabung dalam play group, ini sudah memadai jika tidak, ajak
anak ke pusat kegiatan anak sesekali. Jenis kegiatan yang cocok adalah
yang tidak terstruktur, banyak gerak fisik, dan individual karena anak
usia ini belum siap untuk aktifitas yang membutuhkan kerjasama tim.
b. Anak usia 4-6 tahun.
Anak
usia ini juga masih membutuhkan rekreasi dan menikmati dunia
bermainnya, karena itu kegiatan yang bersifat kognitif atau akademis
tidak disarankan. Pilih kegiatan yang bersifat seni atau olahraga karena
mereka mampu mengembangkan keterampilan motoriknya. Keterampilan mereka
dalam seni atau olahraga sangat besar sumbangannya dalam membangun
harga diri dan rasa percaya diri anak. Ini akan menjadi modal dalam
pergaulan mereka di sekolah dasar kelak. Kegiatan berkelompok atau
olahraga tim yang tidak terlalu kompetitif bisa dipilih. Jika ingin
mengikuti kegiatan yang bersifat akademis, pilih metode belajarnya
dengan bermain, learning by doing, dan konkret, karena mereka belum bisa
berpikir abstrak. Banyak kegiatan adalah satu atau paling banyak dua
jenis aktivitas selama satu jam per sesi untuk anak usia 4 tahun, atau
satu setengah jam per sesi untuk anak usia 5-6 tahun sebanyak dua kali
per minggu.
c. Anak usia 7-9 tahun.
Pada
masa awal sekolah dasar ini umumnya jam belajar belum panjang dan
mereka masih dalam tahap penyesuaian memasuki sekolah dasar. Orangtua
harus melihat kemampuan anak dalam menyesuaikan diri. Bila ia lemah
dalam pelajaran hingga harus mengambil les tambahan, jangan beri les
lainnya. Usia ini juga tidak mampu berpikir abstrak, hingga lebih bebas
dalam memilih jenis kegiatan, kalau pelajarannya cukup baik, boleh
mengambil kegiatan yang rekreatif.
Dua
kegiatan yang berbeda dalam seminggu bisa diambil, tapi jangan yang
dua-duanya bersifat evaluatif, seperti olahraga, musik, atau menari yang
pelatihnya menilai kemampuan anak baik atau tidak. terlalu banyak
kegiatan yang melibatkan penilaian bisa menambah stres setelah seharian
sekolah.
d. Anak usia 10-12 tahun.
Pekerjaan
rumah dan pelajaran meningkat pada masa akhir sekolah dasar, jadi
batasi kegiatan anak hingga tiga kali seminggu (pada anak tertentu,
suatu kegiatan sudah cukup). Jangan lupa menjadwalkan anak untuk
berinteraksi bersama keluarga. Dengan terlalu banyak kegiatan, anak bisa
merasa terisolasi dari keluarga yang dapat memicu persoalan di masa
selanjutnya.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.
Seperti
yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya, segala potensi yang
dimiliki anak, pengembangannya tergantung pada bagaimana orangtua
mengarahkannya. Setiap anak memiliki bakat sendiri-sendiri, orangtua
bertugas mencermati dan mengembangkannya saat berada di rumah bersama
mereka, orangtua juga bisa bekerjasama dengan guru mereka, sehingga
tercipta program yang dapat menantang intelektual mereka. Langkah ini
bisa menunjukkan respon anda pada kebutuhan edukasi dan emosional anak.
Untuk
membantu menemukan potensi yang tersimpan dalam diri anak, orangtua
harus menunjukkan ketertarikan akan sesuatu hal, supaya anak terangsang
untuk menunjukkan ketertarikan akan hal lainnya, karena proses belajar
yang pertama berasal dari orangtuanya.
B. Saran.
Setelah
penulis membaca dan menuangkannya dalam karya ilmiah ini. Maka penulis
menyarankan orangtua tidak perlu khawatir dengan tingkat pendidikan yang
anak kantungi, atau tidak perlu memiliki uang banyak untuk
mengembangkan daya pikir dan cara berkomunikasi anak, yakinlah pada anak
bahwa sukses bisa dicapai jika rajin belajar, rangsang anak untuk
mengarang cerita bersama-sama atau bacakan mereka sebuah dongeng,
bermain dan menyusun puzzle bersama.
DAFTAR PUSTAKA
J. Ellys, 2009, Kiat meningkatkan potensi belajar anak, Bandung ; Pustaka Hidayah.
No comments:
Post a Comment