Sunday, March 25, 2012

Makalah PAUD "Implementasi Kegiatan Bermain Anak"


Bermain merupakan kegiatan yang disenangi oleh setiap anak, bahkan dapat dikatakan bahwa anak mengisi sebagian hidupnya dengan bermain. Bermain bagi anak dijadikan sebagai sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam dirinya menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan. Bermain mempunyai arti yang sangat besar terhadap perkembangan intelektual, emosional dan sosial anak.
Kegiatan bermain banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk menyalurkan perasaannya secara bebas. Melalui bermain anak dapat melakukan kegiatan yang direncanakan hingga dapat mengekspresikan perasaannya, baik perasaan senang maupun perasaan-perasaan seperti takut, hawatir, kecewa, sedih, marah dan sebagainya. Bahkan persoalan-persoalan yang tidak dikatakannya seringkali diekspresikan melalui bermain.
Bermain merupakan dunia anak. Karena itu bermain merupakan hak anak yang harus diakui oleh orang tua, pengasuh dan juga guru/pendidik. Karena aktivitas bermain yang begitu dominan pada usia dini, maka banyak yang menganggap bahwa kegiatan bermain tersebut bernilai positif dan perlu dilakukan oleh anak. Namun ada pula sebagian yang menghawatirkan bahwa kegiatan bermain hanya akan mematikan semangat anak untuk belajar. Mungkin pemahaman ini terlalu mengekstrimi hak-hak anak dan aktivitas bermain.
Sesuai kodratnya dilihat dari kematangan psikologis, bahwa anak pra sekolah belum siap memasuki dunia belajar seperti halnya anak sekolah pada umumnya. Kegiatan utama anak pada usia dini adalah bermain dengan segala aktivitas yang memberikan kenangan tersendiri bagi anak. Kegiatan bermain itu sendiri memang penting dan sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan anak.
Dalam berbagai sumber dan kajian yang ditulis para ahli dan pakar dunia anak, sangat menekankan pentingnya bermain bagi anak pada usia belia (1 tahun hingga 8 tahun). Justru pada umur/usia dini terjadi berbagai perubahan dan peningkatan dan perkembangan fisik dan psikhis. Anak akan mendapatkan hal-hal baru yang menimbulkan rasa puas yang sangat berarti bagi mereka. Dan pengalaman ini akan membuat mereka enggan untuk meninggalkan obyek bermainnya.
Nuansa bermain sangat banyak memberikan arti bagi pembentukan intelektualisme. Pada permulaan, setiap pengalaman bermain memiliki resiko. Ada resiko bagi anak untuk belajar berjalan sendiri atau anak naik sepeda sendiri atau berenang, ataupun meloncat. Betapapun sederhana permainannya, unsur resiko itu selalu ada.
Bermain melatih unsur pengulangan. Dengan pengulangan, anak memperoleh kesempatan mengkondisikan keterampilannya yang harus diwujudkannya dalam berbagai permainan dengan berbagai nuansa yang berbeda. Sesudah pengulangan itu berlangsung, anak akan meningkatkan keterampilannya yang lebih kompleks, melalui berbagai permainan yang diulang, ia memperoleh kemampuan tambahan untuk melakukan aktivitas lain.
Melalui bermain anak secara aman dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum atau terkena teguran, misalnya ia bisa bermain peran sebagai ibu atau bapak yang agak galak, atau sebagai bayi atau anak yang mendambakan kasih sayang. Didalam semua permainan itu ia dapat menyatakan rasa benci, takut dan gangguan emosi lainnya.
Bermain termasuk suatu kebutuhan bagi anak. Dengan merancang pelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain maka anak belajar sesuai tuntutan taraf perkembangan. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ada satu tahap perkembangannya yang berfungsi kurang baik dan ia tidak terlihat nyata dengan segera, melainkan baru kelak bila ia sudah menjadi remaja. Demikian pula aktivitas permainan sederhana dapat menjadi kendaraan untuk menjadi hajat permainan yang begitu kompleks, dapat dilihat dan terbukti pada waktu menjadi remaja.

No comments:

Post a Comment