30 Langkah Mendidik Anak
Agar Mengamalkan Ajaran Agama
Agar Mengamalkan Ajaran Agama
] Indonesia –
Indonesian – [ إندونيسي
Salim
Sholih Ahmad Ibn Madhi
Terjemah : Syafar Abu Difa
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2011 - 1432
﴿ 30 خطوة عملية لتربية الأبناء على العمل لهذا الدين ﴾
«
باللغة الإندونيسية »
سالم صالح أحمد بن ماضي
ترجمة: شفر أبو دفاع
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2011 - 1432
30 Langkah Mendidik Anak
Agar Mengamalkan Ajaran Agama
Agar Mengamalkan Ajaran Agama
Segala puji bagai Allah, Tuhan
semesta alam. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
dan Rasul yang paling mulia, Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan
seluruh sahabatnya.
Adapun selanjutnya:
Dikarenakan anak adalah
potensi umat ini, harapan masa depan, harta pusaka dan kekuatan inti, maka
menjadi wajib bagi kita untuk benar-benar memanfaatkan potensi dan pusaka ini,
untuk berkhidmat, mencintai agama dan mengamalkannya.
Kita tidak boleh mengabaikan generasi anak-anak dan
menyia-nyiakannya. Melihat mereka seakan tidak membawa pesan apapun. Pandangan
sedemikian itu merupakan kekeliruan fatal yang banyak dilakukan para orang tua
dan pendidik. Karenanya pemikiran-pemikiran dan gagasan dalam tulisan ini, tidak
lain untuk memperbaiki pemahaman dan gambaran yang keliru tersebut.
Untuk itu saya berupaya
menjadikan pemikiran-pemikiran dan gagasan ini tertuang dalam bentuk langkah
terapan sehingga mudah dipahami dan dipraktekkan, yang sesuai dengan
karakteristik, akal dan kejiwaan mereka, yang mengarahkan kepada bagaimana
berkhidmat dan mencintai agama ini.
Akhirnya...
Saya meminta kepada Allah –azawajalla-
mengilhamkan ketepatan dan kebenaran serta menjauhkan kesalahan dan
ketergelinciran. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Pengabul doa.
Salim Sholih Ahmad Ibn Madhi
LANGKAH (1)
KESALEHAN IBU DAN AYAH
Langkah pertama dan yang
paling penting adalah Kesalehan orang tua. Dengan kesalehan keduanya,
anak-anak akan menjadi baik. Anak-anak tumbuh sesuai yang dibiasakan orang
tuanya.
Penyebutan ibu di dahulukan
dari pada ayah karena beban terbesar dalam pendidikan anak berada di pundak
ibu, mengingat kebersamaannya yang lebih lama dengan anak-anak, berbeda dengan
ayah yang sibuk mencari rezeki. Mendidik anak-anak agar tumbuh mencintai dan
mengamalkan agama ini. Generasi yang demikian haruslah tumbuh dari tanah yang
baik dan subur, sebagaimana yang dikatakan oleh as-Syaukhi:
Ibu adalah madrasah jika
engkau mempersiapkannya
Dengan mempersiapkannya
berarti telah menyiapkan generasi yang harum namanya
Ibulah madrasah pertama yang
menelurkan ulama, dai dan mujahid-mujahid pemberani. Karenanya ibu (istri)
solehah amatlah penting dalam membangun masyarakat dan melahirkan generasi yang diberkahi.
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- pun mendorong dan memotivasi hal
ini dengan sabdanya:
(( تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ : لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا
وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فاظفر بذات
الدين تَرِبَتْ يَدَاك ))
“Wanita dinikahi karena empat hal;
karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah agamanya
maka engkau tidak akan menyesal.” [1]
Benar...
Beruntunglah engkau yang
memilih istri solehah lagi berilmu, sehingga melahirkan untuk umat ini ulama.
Beruntunglah engkau yang
memilih istri mujahidah (pejuang), sehingga melahirkan untuk umat ini
para kesatria.
Beruntunglah engkau yang
memilih istri pendakwah, sehingga melahirkan untuk umat ini para juru dakwah.
Beruntunglah engkau yang
memilih istri yang ahli ibadah, sehingga melahirkan untuk umat ini para ahli
ibadah.
Beruntunglah engkau...
Karenanya para ibu memiliki
peran besar dan agung dalam membangun kepribadian anak dan dalam mendidik
mereka agar mengamalkan agama ini. Demikian juga para ayah, yang memiliki peran
besar yang tidak lebih kecil dari peran ibu.
Berikut peringatan yang
niscaya:
Para orang tua hendaknya memperhatikan
perkara penting yang memiliki pengaruh besar pada kepribadian anak yaitu
interaksi antara orang tua. Interaksi antar kedua orang tua adalah pendidikan
harian yang disaksikan langsung oleh anak-anak di depan mata mereka.
Yang Semestinya dilakukan orang
tua:
1.
Hendaknya keduanya saling
menghargai, terkhusus jika berada di hadapan anak-anak.
2.
Tidak mempertontonkan
perselisihan keduanya di hadapan anak-anak.
3.
Mengikuti petunjuk Nabi dalam
hak-hak pergaulan serta saling komitmen di antara ayah dan ibu dengan hak-hak
masing-masing.
* *
*
Contoh Praktis Pentingnya
Kesalehan Ibu Dan Ayah Dalam Membangun Kepribadian Anak
Ibu senantiasa menghentikan
segala aktivitas ketika mendengar kumandang azan dan meminta anak-anak untuk
melakukan hal yang sama. Menjelaskan kepada mereka bahwa Allah -subhânahu
wata'âla- akan mencintai kita jika kita menunaikan shalat tepat pada
waktunya. Kemudian segera berwudu dan melaksanakan shalat.
Dengan demikian anak-anak akan
tumbuh sedari dini melaksanakan shalat tepat pada waktunya...kenapa? karena
mereka telah belajar sejak kecil bahwa siapa yang melaksanakan shalat pada
waktunya akan dicintai oleh Allah. Ini membantu dalam memudahkan anak
merealisasikannya.
*
* *
Kisah
pentingnya peran orang tua dalam membangun kepribadian anak:
Sejarah Islam yang mulia
merekam kisah-kisah dan contoh kepribadian anak yang dipengaruhi oleh
kepribadian ayah dan ibu mereka. Di antaranya :
Kepribadian Seorang Ayah
Diceritakan bahwa keberanian
Abdullah Ibn az-Zubair adalah pengaruh dari keberanian ayah dan ibunya -radiallahu'anhuma-
yang ditirunya.
Al-Laits meriwayatkan dari
Abul Aswad dari Urwah, katanya:
"Az-Zubair memeluk Islam
dalam usia 8 tahun. Suatu waktu dia pernah tersugesti oleh syetan bahwa
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- ditangkap di dataran tinggi
Mekkah. Az-Zubair yang masih kanak-kanak, berusia 12 tahun keluar rumah sambil
membawa pedang. Setiap orang yang melihatnya
terheran-heran dan berkata:
“Anak kecil menenteng
pedang?!”
Hingga akhirnya bertemu Nabi.
Nabi turut heran terhadapnya dan bertanya:
“Ada apa denganmu wahai
az-Zubair?!”
Az-Zubair mengabarkan (sugesti
yang terlintas dalam fikirannya) seraya berkata:
“Aku datang untuk memenggal
dengan pedangku ini siapa pun yang menangkapmu!”[2]
* *
*
Keberanian Sang Ibu
Cerita keberanian Asma binti
Abu Bakar, Ibu dari Abdullah Ibnu az-Zubair -radiallahu'anhum-.
Imam adz-Zahabi berkata:
Abu al-Muhayyah Ibn Ya’la
at-Taymi Menceritakan kepada kami dari ayahnya, katanya:
“Aku masuk Mekkah setelah tiga
hari terbunuhnya Ibnu az-Zubair yang terpasung. Ibunya yang sudah renta datang
dan berkata kepada al-Hajjaj:
“Bukankah sekarang saatnya
bagi yang terpasung untuk turun?”
“Si munafik?” Sela al-Hajjaj.
“Demi Allah, dia bukanlah
orang munafik. Dia adalah anak yang senantiasa berpuasa, shalat malam dan
berbakti pada orang tua.” Sergah Ibu
Ibnu az-Zubair.
“Pergilah engkau wahai orang
tua, engkau tengah membual.” Ucap al-Hajjaj.
Ibu Ibnu Zubair berkata lagi:
“Tidak, demi Allah, aku tidaklah membual setelah Rasulullah bersabda:
((في ثقيف كذاب ومبير))
* *
*
Keberanian Sang Anak
Cerita keberanian Abdullah Ibn
Zubair:
Ishaq Ibn Abu Ishaq berkata:
Aku hadir pada peristiwa
terbunuhnya Ibnu az-Zubair, dimana para tentara masuk mengepungnya dari setiap
pintu masjid. Ketika sekelompok pasukan masuk dari suatu pintu, Abdullah Ibn
az-Zubair menghalau dan mengeluarkan mereka. Dalam keadaan seperti itu,
tiba-tiba jatuh plafon masjid dan menimpanya sehingga membuatnya tersungkur.
Dia membaca bait syair:
Asma, wahai Asma[5]
janganlah menangisiku
Tidak akan tertinggal selain
kemuliaan dan agamaku
serta pedang yang tergenggam
di tangan kananku[6]
Rasa Takut Sang Ayah
Kisah rasa takut sang ayah,
Fudhail Ibn Iyadh -rahimahullah- dan kekhawatirannya kepada Allah.
Muhammad Ibn Nâhiah berkata:
"Aku shalat subuh
bermakmum di belakang al-Fudhail. Dia membaca surat al-Hâqah. Ketika tiba pada
bacaan:
“(Allah berfirman):
"Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya.” (QS. Al-Hâqoh:30)
Al-Fudhail tidak kuasa
membendung tangisnya.[7]
*
* *
Ishaq Ibn Ibrahim at-Thabari
berkata:
“Aku tidak mengetahui
seseorang yang lebih takut terhadap dirinya dan lebih perhatian kepada manusia
dari pada al-Fudhail. Bacaan al-Qurannya miris, merindu, perlahan, dan syahdu,
seolah sedang berkomunikasi dengan seseorang. Jika lewat pada ayat yang
menyebutkan tentang surga, ia mengulang-ulanginya.[8]
Rasa Takut Anak Kepada Allah
Kisah rasa takut dan khawatir
seorang anak (Ali putra al-Fudhail Ibn 'Iyâdh)
Abu Bakar Ibn 'Iyâsy berkata:
"Aku shalat magrib di
belakang Al-Fudhail Ibnu 'Iyadh, sementara putranya, Ali berada di sampingku.
Al-Fudhail membaca:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu itu). Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. niscaya
kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim. Dan sungguh kamu benar-benar akan
melihatnya dengan 'ainul yaqin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu
tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
Ketika sampai pada ayat:
“Niscaya kamu benar-benar akan
melihat neraka Jahiim,”
Ali jatuh pingsan, sedangkan
al-Fudhail terus melanjutkan bacaannya.[9]
Abu Sulaiman ad-Dârani
berkata:
"Ali Ibn Fudhail tidak
sanggup membaca surat al-Qori'ah atau dibacakan kepadanya."[10]
*
* *
ANAK DAN KEDUA ORANG TUA
Habib Ibn Zaid Terpengaruh Oleh Kedua Orang
Tuanya
Pengorbanan Ibu
Anas berkata:
"Abu Tolhah melamar Umu Sulaim.
Umu Sulaim berkata kepada Abu
Tolhah:
"Tidaklah layak bagiku menikahi lelaki
musyrik (politeisme). Tidakkah kamu tahu wahai Abu Tolhah bahwa tuhan-tuhanmu
dibuat oleh Abdu Alu Fulan. Jika engkau bakar tuhan-tuhan itu niscaya akan
terbakar."
Abu Tolhah pun berlalu,
sedangkan dalam hatinya terngiang-ngiang apa yang dikatakan Umu Sulaim.
Berselang dari itu dia datang lagi kepada Umu Sulaim dan berkata:
"Apa yang telah engkau ajukan kepadaku aku
terima. Tidak ada mahar bagimu selain memeluk Islam."
* * *
Pengorbanan Seorang Ayah
Anas berkata:
"Ketika perang Uhud kaum muslimin terdesak
dan terpisah dari Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-, sedangkan Abu
Tolhah tetap bersama Rasulullah melindung beliau dengan tombaknya. Abu Tolhah
adalah seorang yang mahir memanah dan bertubuh kekar. Dia mampu mematahkan dua
atau tiga busur sekaligus. Ketika ada seorang yang lewat membawa sekumpulan
anak panah ada yang mengatakan:
"Berikan anak-anak panah itu kepada Abu
Tolhah."
Nabi -shalallahu alaihi wasallam- mendongak
melihat siapa mereka, namun Abu Tolhah berkata:
"Demi ibu dan ayahku, janganlah mendongak
sehingga terkena sasaran panah mereka. Biarlah tubuhku menjadi pelindungmu.[11]
Anak Yang Mati Syahid
Ibnu Kasir menyebutkan dalam
kitab al-Bidâyah wa an-Nihâyah:
"Habib Ibn Zaid dibunuh
oleh Musailamah al-Kazzab[12].
Ketika Musailamah
menginterogasi Habib, dia bertanya:
“Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad
Rasulullah?"
“Ya.” Jawab Habib.
“Apakah engkau bersaksi bahwa aku Rasulullah?
Tanya Musailamah lagi.
Habib menjawab: “Aku tidak
mendengar perkataanmu!”
(Musailamah berang) dan
memutilasi Habib sambil mengulang-ulang pertanyaannya. Habib tidak menjawab
lebih dari yang dikatakannya semula hingga menghembuskan nafas terakhirnya.[13]
LANGKAH 2
MEMBERI ANAK NAMA YANG BAIK
Nama memiliki pengaruh penting
dalam membangun kepribadian, cara hidup, bahkan lingkungan.
Ketika Nabi -shalallahu
alaihi wasallam- tiba di Kota Madinah, kota Madinah masih bernama Yatsrib.
Beliau menggantinya dengan nama Thoibah atau Madinah. Keduanya
menunjukkan makna nama yang baik. Nama yang baik itu sendiri pada dasarnya
menjadi sumber pengharapan yang baik. Karena itu, sudah seharusnya kedua orang
tua memilih nama yang baik, hingga menjadi penginspirasi kebaikan bagi anak.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah-Kisah
Pentingnya Memilih Nama Dalam Membangun Kepribadian Anak
a.
Sisi
positif nama baik.
Abdurrahman Ibn Auf berkata:
“Dahulu namaku Abdu Amr
(artinya budak Amr). Ketika memeluk Islam Rasulullah -shalallahu alaihi
wasallam- menamaiku Abdurrahman (artinya hamba Allah Yang Maha Pengasih)[14]
Diriwayatkan bahwa Abdurrahman
menjual tanahnya. Hasilnya dibagikan kepada orang fakir dari bani Zahroh, Muhajirin dan Ummul Mukminin (istri-istri
Nabi). Al-Musawar berkata:
'Aku mendatangi Aisyah untuk menyerahkan
pemberian itu.'
Aisyah -radiallahu'anha- bertanya:
'Siapa yang mengirimkan ini?'
'Abdurrahman Ibn Auf.' Jawabku.
Aisyah -radiallahu'anha- berkata:
'Aku mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi
wasallam- bersabda:
((لا
يحنو عليكنَّ بعدي إلا الصابرون))
‘Tidaklah
berempati kepada kalian setelahku selain Sôbirun (para penyabar).’”[15]
Nama Abdurrahman diserap dari
kata [ar-rahman] yang diambil dari sifat kasih. Nabi -shalallahu alaihi
wasallam- mendapati pada diri lelaki ini sifat kasih dan sayang sehingga
beliau menamainya Abdurrahman.
* * *
B. Sisi yang sejalan dengan
nama yang tidak baik.
Diriwayatkan oleh Ibnu al-Musayyib dari ayahnya, bahwa ayahnya
datang kepada Nabi -shalallahu alaihi wasallam-. Nabi menanyakan
namanya:
“Siapa namamu?”
“Huzn (=sedih).” Jawabnya.
“Engkau Sahl (=mudah).” Timpal Nabi.
“Aku tak dapat merubah nama yang telah diberikan
oleh ayahku.” Tolaknya.
Ibnu al-Musayyib berkata:
'Kesedihan itu senantiasa merundung kami
setelahnya.”[16]
Ad-Dawudi berkata:
"Maksud Sa’id Ibn Musayyib adalah kesedihan
akan sulitnya merubah tabiat akhlak mereka. Dalam hal ini Sa'id membawakannya
kepada hal yang memicu kemurkaan Allah."
Yang lain berkata:
"Ibn Musayyib mengisyaratkan akan kejumudan
yang masih tersisa pada akhlak mereka."[17]
Demikianlah. Ketika kita ingin
anak keturunan kita baik, hendaknya kita melakukan tahap kedua, yaitu memilih
nama-nama yang baik, karena ia mempengaruhi kepribadian anak seperti yang kita
dapati pada contoh di atas.
* *
*
LANGKAH 3
MENGAJARI MEREKA
PERKARA-PERKARA SYARIAT
YANG MESTI DIKETAHUI
Anak wajib diajarkan sejak
dini perkara-perkara syariat yang harus diketahuinya, seperti shalat, puasa dan
yang sepertinya. Hal itu agar mereka tumbuh dengan pertumbuhan yang saleh,
seperti ungkapan:
“Belajar di waktu kecil seperti
mengukir di atas batu”.
Contoh praktis:
Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- bersabda:
((مروا أولادكم بالصلاة
وهم أبناء سبع سنين واضربوهم عليها وهم
أبناء عشر وفرِّقوا بينهم في المضاجع))
“Perintahkan anak-anak
kalian shalat pada umur tujuh tahun, dan pukullah mereka karenanya jika berumur
sepuluh tahun. Pisahkan juga tempat tidur mereka.”[18]
*
* *
LANGKAH 4
UKIR ANAKMU DENGAN ILMU
Belajar Sejak Kecil
Anak-anak pada fase pertama
memiliki karakteristik ingatan yang kuat. Sudah semestinya kita arahkan untuk
menuntut ilmu dan mengajari mereka perkara-perkara agama. Seperti menghafal
al-Quran al-Karim dan sunah nabi yang suci serta menanamkan aqidah yang benar.
Umat ini amat butuh kepada
ulama yang kuat dan dai-dai yang berpandangan luas dengan al-Quran dan sunah.
Hal ini tidak akan terwujud selain dengan menuntut ilmu sedini mungkin. Jangan
katakan hal ini sulit atau mustahil.
Ibnu Muflih berkata[19]:
"Ilmu yang didapat sejak kecil lebih kuat.
Sudah seharusnya memperhatikan pelajar muda, terlebih lagi mereka yang memiliki
kecerdasan, penalaran dan semangat menuntut ilmu. Janganlah menjadikan usia
dini, kefakiran dan kelemahan mereka sebagai penghalang dalam memperhatikan dan
fokus pada mereka."
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah-Kisah
Pentingnya Menuntut Ilmu Sejak Dini Dalam Membangun Kepribadian
1.
Ibnu Abbas berkata:
“Ketika Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
wafat, aku berkata kepada seorang anak lelaki Anshar:
“Ayolah kita bertanya (menuntut hadits) kepada
para sahabat Nabi -shalallahu alaihi wasallam-, sekarang ini jumlah
mereka masih banyak.”
Anak laki-laki itu menjawab:
“Engkau ini aneh, wahai Ibnu Abbas, apakah
engkau merasa bahwa orang-orang akan membutuhkanmu?! Bukankah para sahabat Nabi
-shalallahu alaihi wasallam- masih cukup banyak seperti yang engkau
tahu!”
Aku pun meninggalkan anak itu dan mulai menanyai
para sahabat. Jika merasa akan mendapatkan Hadits dari seseorang, aku akan
mendatanginya dan membentangkan selendangku di depan pintu rumahnya, walau
angin bertiup dan debu-debu beterbangan mengenaiku. Manakala orang itu keluar
dan melihatku dia berkata:
“Wahai sepupu Rasulullah, mengapa tidak engkau
utus saja seseorang kepadaku dan aku akan mendatangimu?!”
“Aku lebih berhak mendatangimu untuk
menanyaimu...” Jawabku.
Sementara anak lelaki itu masih tetap pada
keadaannya. Manakala dia melihatku dalam keadaan orang-orang telah berkerumun
belajar kepadaku dia berkata:
“Anak muda ini lebih berakal dariku.”[20]
* * *
Ma'mar berkata:
"Aku mendengar dari Qotadah, ketika itu
usiaku 14 tahun:
"Tidak ada sesuatu yang aku dengar pada
seusia ini melainkan seperti terpatri dalam dadaku.”[21]
Ummu Darda berkata:
"Pelajarilah ilmu dari kecil, ketika besar
engkau akan mengamalkannya. Sesungguhnya apa yang dipetik adalah apa yang dulu
ditanam.”[22]
LANGKAH 5
PRAKTEK KETELADAN
Ia merupakan salah satu
tahapan penting, paling banyak manfaatnya dan lebih tertanam di dalam jiwa
anak. Karena suka meniru termasuk karakteristik fase pertama. Kita dapat
melihat anak meniru ibunya yang sedang shalat. Ikut rukuk ketika ibunya rukuk
dan ikut sujud ketika ibunya sujud. Serta hal-hal lain yang dapat kita saksikan
siang dan malam.
Sudah seharusnya kita
mengarahkan peniruan itu dan memanfaatkannya dengan apa-apa yang dapat
menghidupkan jiwa mereka agar senang mengamalkan agama ini. Dengan cara:
1.
Menceritakan kisah-kisah
sahabat nabi, orang-orang saleh dan ulama.
2.
Senantiasa menyertakan anak
pada setiap momen kebaikan agar dia menirunya , seperti pergi ke masjid dll.
3.
Memperdengarkan kepadanya
kaset-kaset Islami yang bermanfaat dan sesuai dengan usianya.
4.
Melakukan sebagian ibadah di
hadapannya, seperti shalat dan sedekah.
* * *
Kisah Yang Menunjukkan
Pentingnya Keteladanan Ilmiah Dalam Membangun Kepribadian Anak
Pada penjelasan kesalehan ayah
dan ibu terdahulu telah disampaikan contoh-contoh pentingnya keteladanan dalam
membangun kepribadian.
Berikut contoh dari praktek
keteladanan yang lain:
1.
Kuraib, mantan budak Ibnu
Abbas menceritakan bahwa Ibnu Abbas -radiallahu'anhuma- mengabarkannya
bahwa dia bermalam di rumah bibinya, Maimunah, istri Nabi -shalallahu alaihi
wasallam-:
“Aku berbaring pada bagian lebar tikar,
sementara Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- berserta istrinya
berbaring memenuhi panjang tikar hingga beliau -shalallahu alaihi wasallam-
tertidur. Pada pertengahan malam, sebelum atau setelahnya sedikit beliau -shalallahu
alaihi wasallam- bangun, mengusap wajahnya dari bekas tidur lalu membaca
sepuluh ayat dari penutup surat Ali Imran. Setelah itu beliau beranjak menuju
bejana yang tergantung dan berwudhu darinya dengan sebaik-baik wudhu, lalu
melaksanakan shalat."
Ibnu Abbas melanjutkan:
“Aku pun ikut bangun dan melakukan apa yang
dilakukan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-, kemudian berdiri di
sampingnya (turut shalat). Namun kemudian Nabi meletakkan tangan kanannya di
kepalaku dan memutarkanku (ke sebelah kanannya) dengan memegang telinga
kananku. Kemudian shalat 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2
rakaat, lalu shalat witir. Setelah itu beliau berbaring hingga datang muazin.
Setelah muazin datang beliau shalat 2 rakaat ringan baru kemudian keluar
melakukan shalat subuh.[23]
* * *
2.
Aisyah, Umul mukminin -radiallahu'anha-
berkata:
“Aku tidak melihat seorang pun yang lebih mirip
ucapan dan perkataannya dengan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
dari pada Fatimah.”
Kisah-kisah di atas menjadi
saksi yang menuturkan kepada kita bahwa anak begitu terpengaruh dengan orang
tua dan menirunya. [24]
Contoh Praktis Pentingnya
Praktek Keteladanan Dalam Membangun Kepribadian Anak
Sedekah
Jika engkau melihat orang
miskin dan anakmu bersamamu, berilah dia uang. Kemudian minta dia menyedekahkan
uang tersebut kepada orang miskin yang dilihatnya. Ucapkan terima kasih dan
pujilah dia di depan saudara-saudaranya setelah itu. Dengan demikian perbuatan
baik tersebut akan tertanam dalam dirinya. Praktek seperti ini akan menciptakan
generasi yang cinta bersedekah dan memberi pertolongan kepada yang membutuhkan
dan lemah.
*
* *
LANGKAH 6
BIARKAN DIA BERMAIN, TETAPI
TEMANI DENGAN TEMA-TEMA AGAMA
Dikarenakan bermain dan banyak
bergerak adalah karakteristik anak, hendaknya permainan diarahkan kepada
sesuatu yang akan menambah kemaslahatan untuk mengamalkan agama ini.
Banyak gerak dan tidak bisa
diamnya anak bukanlah aib, kesalahan atau tingkah tidak terpuji. Justru
memiliki banyak manfaat. Di antaranya menambah kesehatan, kecerdasan dan
keahlian anak sejalan dengan pertumbuhannya.
Anak yang tidak bergerak,
karena kejiwaan atau paksaan orang tua, akan berakibat pada ketidakstabilan
anak, minder, takut, rendah diri atau kesehatan yang lemah, sebagai dampak dari
perangai tersebut.
* * *
Contoh
Praktis Dan Kisah Pentingnya Permainan Dalam Membangun Kepribadian Anak
Di antara permainan ini
seperti menunggang kuda (menyetir), berenang, dan memanah (menembak)
sebagaimana yang terdapat di dalam atsar. Atau permainan yang menumbuhkan
kemampuan otak yang dapat menjadi
wasilah mendapatkan kemahiran, mengumpulkan keahlian dan menumbuhkan
kecerdasan.
Ketika engkau mengarahkan
anakmu permainan yang mendidik, yang mengandung keberanian bagi anak laki-laki
–seperti berkuda, berenang dan memanah-, akan memberi manfaat nantinya kepada
umat ini di masa depan. Mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang memiliki
keberanian dalam menghadapi tantangan. Karenanya marilah kita bermain bersama
anak kita dengan apa yang sesuai.
Kisah:
1.
Dari Muhammad Ibn Abdullah Ibn
Abi Ya’kub, dari Abdullah Ibn Syaddad Ibn al-Hadi Ibn Abihi:
"Nabi -shalallahu alaihi wasallam-
keluar untuk melaksanakan shalat, sementara di bahunya menggendong Umamah putri
al-Âsh. Beliau pun shalat. Ketika rukuk anak itu diletakkannya, jika bangkit
anak itu diangkatnya.”[25]
Ibnu Hajar berkata:
“Sebahagian mengambil faedah dari hadits ini
betapa besarnya kadar kasih beliau kepada anak. Merupakan dilema antara
berupaya menjaga kekusyuan dan menjaga kenyamanan anak, tetapi beliau
mendahulukan yang kedua. Yang dilakukan Rasulullah -shalallahu alaihi
wasallam- bisa juga untuk
menjelaskan kebolehan.”[26]
2.
Abu Qotadah -radiallahu'anhu-
berkata :
“Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
mengimami kami pada salah satu shalat isya sambil membawa Hasan atau Husain.
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- maju mengimami dan meletakkan
cucunya. Kemudian bertakbir memulai shalat dan melaksanakannya. Selama
berlangsungnya shalat ada sujud yang begitu panjang.
Ubay berkata:
'Aku mengangkat kepalaku. Ternyata ada anak
kecil yang tengah memanjat di punggung Rasulullah yang sedang sujud. Aku pun
kebali kepada sujudku. Setelah Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
menyelesaikan shalatnya, orang-orang berkata:
"Wahai Rasulullah engkau sujud dalam
salatmu begitu lama sehingga kami
mengira terjadi sesuatu atau tengah turun ayat?"
Nabi berkata:
“Semua itu tidak terjadi. Hanya cucuku yang
sedang menaiki punggungku. Aku tidak suka mengusiknya sampai dia selesai dari
hajatnya.”[27]
Dalam urusan ibadah seperti
ini Rasulullah sangat sayang kepada mereka sampai-sampai membiarkan
menyelesaikan permainannya. Maka bagaimana lagi jika di luar waktu ibadah?!
*
* *
LANGKAH 7
SEMANGATI ANAK DAN SENANTIASA
MEMOTIVASINYA
Pada fase pertama anak –secara
khusus- suka dengan ungkapan pujian dan sanjungan. Ini memiliki pengaruh yang
menakjubkan dalam jiwa anak. Dapat menjadi pendorong untuk menguasai banyak
hal. Demikianlah teladan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- dalam
mendidik para sahabatnya memaknai agama ini.
* * *
Kisah Yang Menunjukkan
Pentingnya Motivasi Dan Dorongan Untuk Maju
1.
Rasulullah mendatangi para
sahabatnya dan memotivasi mereka agar siap menghadapi peperangan. Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- berkata:
((والذي نفس محمد بيده
لا يقاتلهم اليوم رجل فيقتل صابرًا محتسبًا مقبلاً غير مدبر إلا أدخله الله الجنة))
“Demi yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah
seseorang dari kalian berperang pada hari ini, sedang dia berperang dengan
sabar, mengharap pahala, menyongsong dan tidak melarikan diri, melainkan Allah
masukan dia ke surga.”
Umair Ibn al-Hammam, saudara
Bani Salamah berkata,
"Ketika itu di tangannya ada beberapa butir
kurma yang sedang ia makan. Dia berujar:
“Bakhin, bakhin. Tidak ada batas
antara aku dan surga selain hingga mereka dapat membunuhku.” Dia pun membuang
sisa kurma yang ada di tangannya dan mengambil pedangnya lalu memerangi musuh
hingga terbunuh -rahimahullah-.[28]
2.
Al-Khansâ berkata kepada 4
putranya sebelum peristiwa perang Qodisiah[29]:
“Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia.
Sungguh kalian adalah saudara kandung sebapak dan seibu. Silsilah keturunan
kalian tidak terkontaminasi oleh zina dan tidak tercampur. Ketahuilah bahwa
negeri akhirat lebih baik dari negeri yang fana. Bersabar, berhati-hati dan
bertakwalah, semoga kalian beruntung. Jika kalian lihat peperangan telah
menyingsing, api perang telah berkecamuk, masuklah ke dalam hawa panasnya dan
bersabarlah menghadapinya, beruntunglah dengan hasilnya serta kemuliaan di
negeri yang kekal abadi."
Ketika perang telah memamerkan taringnya, mereka
pun langsung menceburkan diri ke dalamnya. Seperti dugaan sang ibu, gugurlah
putra-putranya satu demi satu. Ketika sampai berita kematian seluruh putranya,
sang ibu tidak berkata lebih dari:
“Segala puji bagi Allah, yang telah memuliakanku
dengan syahidnya putra-putraku. Aku berharap kepada Allah, menyatukanku bersama
mereka di negeri yang kekal dengan kasih sayang-Nya."[30]
*
* *
LANGKAH 8
FANTASI DAN ARAHAN YANG SESUAI
Anak pada fase awal memiliki
keistimewaan suka berimajinasi dan banyak berfantasi. Karena itu kita tidak
boleh menuduh mereka berdusta atau menghancurkan fantasi mereka dengan
melecehkannya, karena akan berdampak negatif pada kepribadian anak. Yang
semestinya adalah menyalurkan fantasi itu dengan sejumlah kisah yang dapat
mengenyangkan keistimewaan itu dalam diri mereka, bisa didapat di toko-toko buku
Islam, sehingga secara tidak langsung anda telah menanamkan akhlak dengan cara
yang disukainya.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Fantasi Dan Arahan Yang Sesuai Dalam Membangun
Kepribadian Anak
Aisyah -radiallahu'anha-
menceritakan, bahwa dia keluar bersama Rasulullah -shalallahu alaihi
wasallam- dalam suatu perang.
Aisyah berada dalam ruangan
yang ditutup dengan mantel. Ketika Rasulullah masuk angin bertiup dan
menyingkap boneka anak-anakan milik Aisyah. Nabi bertanya:
“Apa ini Aisyah?”
“Anak-anakanku.” Jawab Aisyah. Nabi juga melihat
ada boneka kuda yang memiliki dua sayap.
“Kuda memiliki dua sayap?!” Tanya Nabi
“Apakah engkau tidak mendengar bahwa Nabi
Sulaiman memiliki kuda-kuda bersayap?!” Mendengar itu Nabi -shalallahu alaihi
wasallam- tertawa hingga terlihat gigi-giginya.”[31]
* *
LANGKAH 9
LANGSUNG MENGARAHKAN KETIKA
ANAK MELAKUKAN KESALAHAN
Pada fase awal, anak sulit
membedakan mana yang benar dan yang salah, karena sedikitnya pengetahuan dan
ilmu mereka. Hal ini menuntut kita untuk mengarahkan mereka ketika salah,
membenarkannya serta melindungi mereka dari kejelekan, seperti ghozwul fikri
(Invasi pemikiran) dan ghozwul tsaqofi (invasi budaya), dengan
menyediakan alternatif yang sesuai agar tetap dapat berkhidmat terhadap agama
ini meskipun berada di bawah bayang-bayang kampanye sengit dari musuh-musuh
agama ini di seluruh belahan bumi.
Catatan yang mesti
diperhatikan ketika menasihati kesalahan:
1.
Hendaknya arahan mengandung
kasih sayang terhadap anak yang melakukan kesalahan.
2.
Menegur kesalahan tanpa masuk
kepada kepribadian anak, hingga hasilnya tidak menjadi kebalikannya.
3.
Memuji terlebih dahulu sebelum
mencela, hal itu akan membuat perkataan anda lebih didengar.
* * *
Kisah Dan Permisalan
Pentingnya Pengarahan Langsung Ketika Salah
1.
Abu Hurairah -radiallahu'anhu-
“Hasan Ibnu Ali, (cucu Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam-) mengambil buah kurma dari kurma sedekah dan memasukkan
kemelutnya. Nabi -shalallahu alaihi wasallam- berkata kepadanya:
“Khih, khih...!” agar memuntahkannya, seraya
berkata:
* * *
2.
Anas -radiallahu'anhu-
berkata:
“Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari beliau menyuruhku untuk
suatu keperluan. Aku katakan: ‘Aku tidak akan pergi.’ Sementara dalam hati aku
akan pergi melakukan apa yang diperintahkan Nabi. Aku pun pergi, dan berpapasan
dengan anak-anak yang sedang bermain di pasar. Ternyata Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- telah memegang bahuku dari belakang dan memandangku sambil
tertawa. Beliau berkata:
“Wahai Unais[33],
pergilah sebagaimana yang aku perintahkan.”
“Baik wahai Rasulullah, aku pergi sekarang.”
Jawabku.
“Demi Allah, aku telah berkhidmat kepadanya
selama 9 tahun, dan tidak pernah mendapatinya berkata: ‘Kenapa kamu lakukan
demikian dan demikian’ atau berkata ‘Kenapa kamu tidak lakukan demikian dan
demikian.”[34]
3.
Umar Ibn Salamah berkata:
“Ketika Aku dalam pengasuhan
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-, tangganku mengacak-acak nampan
ketika makanan. Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- pun berkata
kepadaku:
((يا غلام, سمِّ الله, وكل
بيمينك, وكل مما يليك))
‘Nak, makanlah dengan menyebut nama Allah,
makanlah dengan tangan kananmu dan dari yang terdekat denganmu.’
Dan demikianlah cara makanku
setelahnya.”
* * *
4.
Said Ibnu Zubair memiliki ayam
jantan yang berkokok setiap malam. Pada suatu malam ayamnya tidak berkokok
sampai pagi, sehingga malam itu dia tidak shalat malam. Hal itu membebani
pikirannya dan berkata:
“Ada apa dengan ayamnya, semoga Allah memutus
suaranya.” Dia pun tidak pernah lagi mendengar suara ayam itu lagi setelahnya,
sehingga ibunya berkata:
“Wahai putraku, janganlah engkau mendoakan
keburukan pada apapun lagi setelah ini.”[35]
LANGKAH 10
MEMBERI JAWABAN ATAS SEGALA
PERTANYAAN DAN MENGARAHKAN DENGAN PENGARAHAN YANG SESUAI
Yang juga merupakan
keistimewaan anak pada fase pertama adalah banyak bertanya dengan pertanyaan
yang memenatkan. Bagi setiap ayah dan ibu jangan menghardik putra-putri mereka
karenanya. Keistimewaan ini memiliki banyak manfaat:
1.
Membuka wawasan akal anak.
2.
Anak akan lebih dekat kepada
orang tua.
* * *
Contoh Praktis Pentingnya
Jawaban Atas Seluruh Pertanyaan Serta Arahan Yang Sesuai Dalam Membina
Kepribadian Anak
Jika anak anda bertanya
tentang api, maka jawab dan katakan:
“Api diciptakan oleh Allah. Jika Allah
berkehendak maka akan mengatakan 'Jadi! maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya.'
Setelah itu mulailah mengarahkan mereka dengan bertanya: 'Apakah engkau tahu,
kemana tempat kembalinya orang yang memaksiati Allah?' Anak anda tentu tidak
tahu kemana, maka sampaikan bahwa siapa saja yang memaksiati Allah akan masuk
ke dalam neraka, tempat yang panasnya melebihi panas api dunia.
LANGKAH 11
SUKA BERKOMPETISI
Pada fase pertama, anak
memiliki keistimewaan menyukai kompetisi di antara mereka. Kita hendaknya
mengarahkan kompetisi itu dalam perkara yang mulia
“Untuk
yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS.al-Muthaffifîn:26)
Seperti berkompetisi dalam
ketaatan semisal: shalat, puasa dan amalan-amalan sunah lain. Semua itu kita
jadikan ajang kompetisi.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Kompetisi Ketaatan Dalam Membangun Kepribadian Anak
1.
Samuroh Ibn Jundab -radiallahu'anhu-
berkata:
Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- mengumpulkan remaja-remaja Anshar. Jika beliau menganggap
ada dari mereka yang telah balig, beliau akan mengizinkannya ikut berperang.
Pada suatu tahun aku mengajukan diriku. Turut pula mengajukan diri seorang
remaja lain dari Anshar. Beliau mengizinkan remaja itu dan menolakku. Aku pun
berkata:
“Engkau telah mengizinkan anak yang jika aku
gulati niscaya aku akan mengalahkannya.”
Nabi berkata: “Gulati dia.”[36]
2.
Abdurrahman Ibn Auf -radiallahu'anhu-
berkata:
“Aku tengah berada dalam saf peperangan Badar.
Ketika menoleh ke kanan dan kiriku ada dua orang pemuda. Aku merasa cemas
dengan keberadaan mereka dalam peperangan. Seorang dari mereka berbisik
kepadaku:
“Wahai paman, tunjukkan
kepadaku yang mana Abu Jahal!”
“Wahai putra saudaraku, apa yang akan engkau
lakukan dengannya?” Tanyaku.
“Wahai paman, aku telah berjanji kepada Allah,
jika melihatnya aku akan membunuhnya atau mati karenanya.” Jawab pemuda itu.
Seorang lagi berbisik seperti itu pula.
Masing-masing tidak mau yang lain mengetahuinya. Sehingga tidak ada yang
membuatku senang, selain berada di antara keduanya. Aku pun menunjukkan yang
mana Abu Jahal. Keduanya pun melesat seperti dua ekor elang dan menyerang Abu
Jahal. Kedua pemuda itu adalah putra Afro’.”[37]
* * *
3.
Disebutkan oleh Ibnu Jarir
dalam kitab tarikhnya dari jalan Saif dari Abdullah Ibn Syabramah dari Syaqiq,
dia berkata:
“Kami menyerbu al-Qodisiah tengah hari. Ketika
mundur waktu telah masuk waktu shalat, sedangkan muazin dalam keadaan terluka.
Orang-orang pun ingin menggantikan muazin, hingga hampir-hampir saling
berperang. Saad -radiallahu'anhu- akhirnya melakukan undian di antara
mereka, sehingga terpilih salah seorang dari mereka dan dikumandangkanlah
adzan.[38]
LANGKAH 12
MENJADI DERMAWAN DENGAN LEBIH
MENDAHULUKAN SAUDARANYA KETIMBANG DIRINYA SENDIRI
Anak-anak pada fase pertama
memiliki keistimewaan menyukai kepemilikan. Itu merupakan naluri yang melekat
pada setiap anak manusia. Oleh karena itu kedua orang tua hendaknya mengarahkan
naluriah tersebut dengan menanamkan kebaikan kaum Anshar, yang dipuji Allah
dalam firman-Nya:
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS.al-Hasyr:9)
Yaitu dengan itsar
(mendahulukan orang lain). Menanamkannya pada diri mereka dengan praktek
langsung maupun tidak langsung, seperti dengan menyampaikan kisah-kisah yang
mendorong untuk melakukan itsar.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Membekali Anak Dengan Itsar Dalam Membangun
Kepribadian
1. "Ketika kaum
Muhajirin tiba di Madinah, Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- mempersaudarakan
antara Abdurrahman Ibn Auf dengan Sa'ad Ibn ar-Rabi'. Berkatalah Sa'ad kepada
Abdurrahman Ibn Auf:
"Aku adalah orang Anshar yang paling
berharta. Hartaku aku bagi dua denganmu. Aku juga memiliki dua istri, lihat
mana yang engkau sukai dari keduanya dan katakan kepadaku, aku akan
menceraikannya, jika selesai masa iddahnya[39]
nikahilah dia."
Abdurrahman menjawab:
"Semoga Allah memberkahi dirimu, keluarga
dan hartamu[40]
. Di mana pasar kalian?"
Orang-orang menunjuk pasar Bani Qoinuqo. Tidak
berselang waktu, Abdurrahman sudah memiliki kelebihan sandang dan
makanan."[41]
Dikeluarkan oleh al-Bukhari
dari Abu Hurairah -radiallahu'anhu-, dia berkata:
“Orang-orang Anshar berkata kepada Nabi -shalallahu
alaihi wasallam-:
‘Bagikanlah pohon-pohon kurma kami kepada
saudara-saudara kami Muhajirin!’
Nabi berkata: “Cukup bagi kami pengayoman dari
hasil buahnya?”
Para Anshar berkata: “Kami dengar dan kami
taati.”[42]
Contoh Praktis
Putra anda memiliki uang di
tabungannya. Pada suatu hari ajaklah dia bersama anda mengunjungi lembaga
sosial yang memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang fakir dan
terlantar. Berinfaklah anda di hadapannya. Diperjalanan sekembalinya dari sana,
ceritakan mengenai penderitaan anak-anak yang seumur dengannya, kemudian
usulkan bagaimana jika besok dia sendiri yang berinfak walau sedikit. Anda akan
dapatkan dia begitu peduli tanpa ragu. Hal itu karena dia melihat praktek nyata
di hadapannya.
*
* *
LANGKAH 13
PERHATIKAN PAKAIAN ANAK ANDA
Pakaian penting dalam
membentuk kepribadian anak. Sudah seharusnya kita memperhatikannya agar sesuai
dengan standar syariat yang sudah jelas tanpa berlebih-lebihan maupun
menyepelekannya. Karena itulah para Salafussoleh begitu perhatian dalam hal ini
dan tidak melalaikannya.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Pakaian
Dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Dalam Pembentukan Kepribadian Anak
1.
Imam Malik berkata:
“Aku berkata kepada Ibuku: ‘Aku akan pergi untuk
mencatat ilmu?”
“Kemari, pakailah pakaian penuntut ilmu!” Beliau
pun memakaikanku pakaian musyammar[43]
dan memakaikan kopiah dengan serban di atasnya, kemudian berkata:
‘Sekarang pergilah!’ Dan berkata: ‘Pergilah
kepada Robi’! Pelajarilah adabnya (akhlaknya) sebelum mempelajari ilmunya.”[44]
* * *
2.
Muhammad Ibn Auf berkata:
“Aku bermain bola. Bola masuk ke tempat al-Muafa
Ibn Imran al-Hamsha. Aku pun masuk ke tempat al-Muafa untuk mengambilnya. Imran
bertanya:
“Putra siapakah engkau?”
“Putra Auf Ibn Sofyan.” Jawabku.
“Sesungguhnya ayahmu itu adalah saudara kami,
yang menulis Hadits dan ilmu. Ia mirip denganmu. Ikutilah apa yang dahulu
ayahmu lakukan!...”
Aku pun pulang mendatangi ibuku dan aku
sampaikan apa yang baru saja terjadi. Ibu berkata:
“Benar, dia adalah sahabat ayahmu.” Ibu pun
memakaikanku kemeja dan sarung. Kemudian aku mendatangi al-Muafa untuk belajar
dengan membawa tempat tinta dan kertas.”[45]
*
* *
LANGKAH 14
TERAPILAH EMOSI ANAK
Pada fase pertama, anak
memiliki keistimewaan emosional baik pada perkara penting maupun sepele. Di
antara perkara penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.
Takut.
Di antara kesalahan fatal yang
dilakukan oleh kebanyakan orang tua adalah menakut-nakuti anak dengan kegelapan
atau pencuri misalnya. Ini adalah perkara yang salah. Tidak seharusnya
ditakut-takuti seperti itu, karena akan berdampak buruk. Hal itu akan
menyebabkan gangguan kejiwaan, mengompol, depresi dan kelabilan. Justru
semestinya menciptakan suasana aman ketika bersama kita dan mengaitkan perasaan
takut hanya kepada Allah saja.
* * *
2.
Marah
Terkadang anak marah kepada
ayah dan ibunya. Di antara bentuk ekspresi dari kemarahan itu bisa dengan tidak
mau makan. Pemicunya bisa jadi hinaan dan kritik. Kemarahan seperti ini tidak
termasuk kedurhakaan, karena pada fase ini mereka belum mumayiz[46].
Jika putra dan putri anda marah, tinggalkan dia dan jangan ditanggapi.
Merupakan kesalahan besar memenuhi segala keinginannya hanya karena
kemarahannya. Yang semestinya adalah menjelaskan kepadanya mengenai
kesalahannya dengan cara yang sederhana ketika dia sudah mulai tenang.
Kita juga mesti mendidik anak
kita jika kita marah. Kita akan marah jika berhubungan dengan hak-hak Allah.
Raut wajah akan berubah jika melihat kemungkaran yang tidak bisa diubah baik
dengan lisan ataupun tangan.
Contoh Praktis Dan Kisah Dalam
Hal Ini
1. Abdulaziz Ibn Marwan
mengutus putranya, Umar ke Madinah untuk belajar adab. Ia menugaskan
pengajarannya kepada Solah Ibn Kaisan dengan kesepakatan harus melaksanakan
shalat. Suatu hari Umar terlambat shalat, sehingga ditanya oleh Solah:
“Apa yang membuatmu terlambat?”
“Tukang sisirku menyisiriku.” Jawabnya.
“Hanya menyisir rambut sampai mengganggu
shalatmu?” Ungkap Solah kesal. Solah pun menulis surat kepada ayahnya. Sehingga
ayahnya mengirim utusan dan tidak berbicara sampai menggunduli rambut Umar
putra khalifah.[47]
* * *
3.
Kecemburuan
Cemburu merupakan salah satu
sifat yang melekat dalam jiwa. Ada anak berkata: “Ayah lebih sayang kepada adik
bungsuku...” Itu merupakan gambaran kecemburuan.
Kedua orang tua mestilah
memperhatikan sisi ini dengan perhatian yang besar, dengan cara memberikan
setiap anak hak-haknya tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain. Agar tidak
lahir permusuhan dan kedengkian di antara mereka.
LANGKAH 15
DIDIK AGAR MEMILIKI
KECEMBURUAN TERHADAP AGAMA
Sudah semestinya para orang
tua mendidik putra-putrinya agar memiliki kecemburuan terhadap agama ini, dan
itu adalah metode yang dilakukan oleh generasi salaf[48]
umat ini dahulu.
Langkah-langkah praktis
menghidupkan kecemburuan terhadap agama pada jiwa putra-putri kita:
1.
Menceritakan kisah-kisah dan
permisalan-permisalan anak-anak kecil di masa Sahabat dan Tabi’in akan betapa
besarnya kecemburuan mereka terhadap agama ini.
2.
Biarkan mereka menyaksikan apa
yang dilakukan musuh-musuh agama ini terhadap anak-anak seusia mereka dari
anak-anak kaum muslimin; seperti yang terjadi pada anak-anak di Palestina.
3.
Menyemangati dan memotivasi
dengan pemberian hadiah.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Menanamkan Kecemburuan Terhadap Agama Dalam Jiwa Anak
1.
Abdurrahman Ibn Auf -radiallahu'anhu-
berkata:
Ketika berada dalam saf pada
peperangan Badar, aku mendapatkan di kanan dan kiriku dua orang pemuda belia
dari kalangan Anshar. Aku berharap berada dekat dengan keduanya. Salah seorang
memberi isyarat kepadaku dan berkata:
“Wahai paman, tahukah engkau yang mana Abu
Jahal?”
“Apa yang ingin engkau lakukan dengan Abu Jahal
wahai putra saudaraku?” Tanya Abdurrahman.
“Aku dengar dia mencerca Rasulullah. Demi Allah
yang jiwaku di tangan-Nya, jika aku melihatnya tidak akan aku biarkan dia lepas
dari dariku hingga terbunuh.” Jawab pemuda itu.[49]
Point dari cerita di atas:
“Aku mendengar dia mencerca
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-.”
* * *
2.
Anak-Anak
Bahrain
Diriwayatkan bahwa anak-anak
Bahrain bermain kasti. Seorang kepala uskup duduk menyaksikan. Ketika bola
terjatuh mengenai dadanya, si uskup mengambilnya. Anak-anak meminta agar bola
dikembalikan kepada mereka, tetapi sang uskup menolak. Salah seorang anak
berkata:
“Aku memintamu mengembalikannya demi Zat yang
telah mengutus Muhammad sebagai Rasul.”
Sang kepala uskup tetap
menolak, bahkan mulai mencemooh Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-.
Anak-anak itu pun naik pitam dan menyatroni sang kepada uskup dengan stik
mereka dan memukulinya hingga tewas.
Kejadian itu disampaikan
kepada Umar Ibn al-Khatthab -radiallahu'anhu-. Sungguh Umar tidak pernah
segembira mendengar penaklukan atau mendapatkan hasil rampasan perang seperti
kegembiraannya ketika mendengar apa yang dilakukan anak-anak Islam itu dan
berkata:
“Sekarang Islam telah mulia. Anak-anak kecil
Islam ketika Nabinya dilecehkan murka dan membelanya.”[50]
*
* *
LANGKAH 16
KECENDERUNGAN UNTUK MEMILIKI
KETERAMPILAN
Pada fase pertama, anak
memiliki karakteristik kecenderungan menguasai keterampilan. Hendaknya kita
memanfaatkan kesiapan itu untuk menumbuhkan beberapa keterampilan seperti
keterampilan berpidato, menulis atau keterampilan-keterampilan lain yang
bermanfaat bagi kemajuan umat. Tidak mengapa jika orang tua mengkhususkan waktu
walau sehari seminggu untuk mengadakan suatu acara yang dapat meransum dan
memotivasi keterampilan itu. Memberikan hadiah agar anak lebih merespons acara
atau program itu.
*
* *
LANGKAH 17
MEMPERKAYA PERKEMBANGAN BAHASA
DENGAN CEPAT
Anak menikmati masa awal hidup
mereka dengan menyerap secara cepat kosakata bahasa yang diucapkan orang
tuanya. Karenanya kedua orang tua harus bersemangat untuk memperkaya
putra-putri mereka dalam sisi ini. Baik dalam pembicaraan di antara mereka atau
ketika bercerita tentang kisah-kisah Islami yang dikisahkan dengan bahasa
formal sehingga dapat menambah perbendaharaan bahasa mereka. Tidaklah lenyap
bahasa Arab melainkan ketika kita melalaikannya.
Pengetahuan anak akan bahasa
Arab membantu mereka dalam memahami makna kitab dan sunah. Oleh karena itu kita
harus konsentrasi pada sisi ini dengan perhatian yang besar.
*
* *
LANGKAH 18
PENEMU KECIL
Anak-anak pada fase pertama
suka membongkar pasang barang. Itu menyerupai perangai seorang penemu dalam
membongkar dan merangkainya kembali. Hal itu jangan membuat kita menjadi emosi
jika mereka membongkar atau merusak sesuatu. Hal itu terjadi karena kita tidak
memberi mereka alternatif yang sesuai. Semestinya kita mengarahkan
karakteristik tersebut dengan menanamkan kepada mereka hal-hal penting, seperti
keterkaitan kepada rumah Allah. Membongkar pasang dapat membuka wawasan nalar
dan akal mereka dan menjadikan mereka bersandar pada diri sendiri sewaktu
membongkar sesuatu dan memasangnya kembali.
Contoh Praktis Pentingnya Hal
Itu Dalam Membangun Kepribadian Anak
Belilah mainan berbentuk
masjid. Minta anak untuk menyusunnya. Hal itu akan menanamkan kecintaan kepada
rumah Allah dalam jiwa mereka, karena secara naluriah anak-anak mencintai
mainan mereka. Itu terjadi dengan cara tidak langsung. Demikian halnya dengan permainan seperti
menyusun gambar, teka-teki atau puzzle.
*
* *
LANGKAH 19
DICINTAI, DITERIMA DAN
DIHARGAI
Anak-anak butuh dicintai,
diterima oleh kedua orang tua dan guru mereka. Sudah semestinya ia merasakan
bahwa dirinya adalah sumber kebahagiaan, pujian, kebanggaan ibu, ayah, keluarga
dan pengajarnya. Jika bicara, yang lain diam mendengar pembicaraannya dan
memberinya kesempatan luas. Dengan demikian ia akan merasa diterima, dihargai
dan terlihat kecintaan kedua orang tuanya padanya.
* * *
Contoh Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Cinta, Penerimaan Dan Penghargaan
1.
Dari Usamah Ibn Zaid -radiallahu'anhu-,
dari Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bahwa Nabi
membawanya beserta Hasan dan berkata:
((اللهم إني أحبُّهما فأحبّهما))
“Ya Allah, aku mencintai keduanya, maka cintailah keduanya.”
Atau sebagaimana yang
dikatakan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-.[51]
* * *
2.
Ibnu Juraij berkata dari Atma:
“Seorang lelaki berbicara kepadaku dan aku diam
mendengarkan seolah belum pernah mendengarnya. Padahal aku telah mendengarnya
sebelum dia dilahirkan.[52]
Ini pada orang dewasa. Lalu
bagaimana dengan anak-anak, tentu lebih lagi.
3.
Aisyah
-radiallahu'anha- bercerita tentang Fathimah, putri Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam-:
“Jika Fathimah datang kepada Nabi -shalallahu
alaihi wasallam-, Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- menyambut
dan menciumnya. Demikian pula yang dilakukan Fathimah kepada Nabi -shalallahu
alaihi wasallam-.[53]
Aisyah -radiallahu'anha-
berkata:
“Kami, istri-istri Nabi -shalallahu alaihi
wasallam- berkumpul bersama beliau dan tidak ada seorang pun yang tidak
hadir. Kemudian Fathimah datang. Cara berjalannya seperti Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam-. Ketika Rasulullah melihatnya beliau menyambutnya dan
berkata: “Selamat datang putriku.” Kemudian mendudukkannya di sampingnya.[54]
LANGKAH 20
MENYUGESTI KEBERHASILAN ANAK
Setiap ayah dan ibu haruslah
memiliki target. Targetnya adalah keberhasilan putra-putrinya dalam kehidupan
ini. Puncak keberhasilan dari keberadaan mereka adalah terealisasinya
penghambaan kepada Allah, Tuhan semesta alam sesuai dengan al-Quran dan sunah.
Tentu itu bukan berarti melalaikan keberhasilan mereka dalam perkara duniawi
قال الله تعالى: {رَبَّنَآ
ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ}
(البقرة : 201)
"Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka". (QS. Al-Baqarah:201)
Islam pertengahan dalam
kebutuhan ruh dan jasad. Tidak ada kerahiban (kependetaan) mutlak tidak
pula materialistik murni. Pertengahan dalam memenuhi ransum ruh dan jasad bagi
manusia. Anak-anak butuh motivasi keberhasilan hingga sampai kepada tujuannya.
Memang terkadang terdapat
beberapa kendala, seperti perbedaan kemampuan dan karakteristik setiap anak.
Ayah dan ibu hendaknya memperhatikan keadaan ini sehingga nantinya tidak
membebani anak-anak dengan sesuatu di luar kemampuan mereka.
Tidak boleh sama sekali
membebani anak dengan pekerjaan sulit melebihi kemampuannya yang akan
membuatnya gagal. Karena akibatnya ia akan merasa tidak mampu, kecewa, lemah
dan menahan diri untuk melanjutkan aktivitasnya, bahkan menghindarinya.
LANGKAH 21
INTILAQ (MEMULAI)
Semestinya setiap ayah dan ibu
memberi kebebasan anak untuk bergerak. Mereka butuh berjalan, berlari,
berbicara, memanjat, melompat dan itu adalah tabiat anak-anak yang normal. Yang
saya maksud banyak bergerak. Merupakan kesalahan mengekang tabiat tersebut. Ini
penting sekali dari sisi kesehatan, karena bergerak bermanfaat bagi pertumbuhan
fisik, naluri dan memicu kecerdasannya.
* * *
LANGKAH 22
PERSIAPKAN UNTUK MEREKA
TEMAN-TEMAN YANG SALEH
Manusia secara tabiat naluriah
suka bersosialisasi dan butuh kepada orang lain yang mempergauli, berbicara
dengannya, menyertai kegelisahan, kesedihan dan kegembiraannya. Teman memiliki
pengaruh yang amat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Orang dahulu
mengatakan:
"Katakan kepadaku siapa
temanmu akan aku katakan siapa engkau."
Dalam sebuah syair:
Jangan bertanya kepada
seseorang tentang dirinya tetapi tanyalah
setiap temannya, dengan
temannya kamu akan mengetahuinya
Sudah seharusnya para ayah dan
ibu membenamkan putra putri mereka dalam lingkungan yang saleh, agar dapat
menyerap kebaikan dan tumbuh di atasnya. Teman memiliki pengaruh yang
menakjubkan dalam mempengaruhi perangai dan memotivasi temannya. Sehingga amat
penting bagi anak kita memiliki teman yang berakhlak dan beragama. Tidaklah
cukup pengetahuan kita akan bapaknya menjadikan kita tenang bahwa anak kita
telah memiliki teman yang sesuai. Sebagaimana pula wajib ditanamkan bahwa
pertemanan itu hendaknya terikat dengan ikatan syariat.
* * *
Contoh Realisasi Dan
Kisah-Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Teman Yang Saleh
1.
Dari Abu Musa al-Atsari –radiallahu'anhu- dari Rasulullah -salallahu alaihi wasallam-, beliau
bersabda:
((إِنَّمَا مَثَلُ
الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ
الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ
مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا
أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً))
"Sesungguhnya permisalan teman duduk yang saleh dan yang
jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi
boleh jadi memberimu minyak, menjualnya kepadamu atau engkau dapati bau
wanginya. Sedangkan pandai besi boleh jadi membakar bajumu atau engkau dapati
bau tak sedap darinya."[55]
2.
Nabi -shalallahu alaihi
wasallam- mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda -radiallahu'anhu-.
Suatu kali Salman mengunjungi Abu Darda dan
didapatinya Umu Darda dalam keadaan murung.
"Ada apa denganmu?" Tanya Salman.
"Saudaramu, Abu Darda sudah tidak berhajat
dengan dunia..." Jawab Umu Darda.
Abu Darda pun muncul. Salman dibuatkan makanan.
Abu Darda berkata:
"Makanlah! Adapun aku, aku sedang puasa."
"Aku tidak mau makan hingga engkau mau
makan bersamaku." Jawab Salman.
Abu Darda akhirnya ikut makan.
Ketika datang malam, Abu Darda bangun dari
tidurnya hendak melakukan shalat malam. Salman berkata kepadanya:
"Tidurlah!"
Abu Darda pun tidur lagi.
Tidak lama kemudian Abu Darda bangun lagi hendak
melakukan shalat malam.
"Tidurlah!" Perintah Salman lagi.
Ketika masuk akhir malam Salman berkata:
"Bangun dan salatlah sekarang..!"
Keduanya pun shalat.
Salman berkata kepada Abu Darda:
"Sesungguhnya Tuhanmu memiliki hak atas
dirimu, tubuhmu juga memiliki hak atas dirimu dan keluargamu pun memiliki hak
atas dirimu. Berikanlah setiap pemilik hak akan hak-haknya.’
Ketika Nabi -shalallahu alaihi wasallam-
datang dan diceritakan kepadanya, beliau bersabda:
"Salman benar."[56]
3.
As-Syafi'i -rahimahullah-
berkata:
"Tersesatnya orang berilmu dikarenakan
tidak memiliki teman, tersesatnya orang bodoh karena kepicikan akalnya, dan
yang paling sesat adalah mereka yang berteman dengan orang yang tidak ada
akalnya.[57]
4.
As-Sho’lûki berkata:
"Jika rida makhluk keterbatasannya tidak
dapat diketahui, maka rida Allah keluasannya tidak ada batasnya. Kita
membutuhkan 10 teman untuk 10 waktu."[58]
LANGKAH 23
JADIKAN ANAK MANDIRI
Hendaknya para orang tua
membiasakan putra-putrinya mandiri dalam urusan-urusan pribadi mereka dengan
cara mereka sendiri. Merupakan kesalahan melayani segala keperluan anak yang
mampu mereka lakukan sendiri tanpa perlu batuan orang tua. Karena akan
berdampak pada:
1.
Ketergantungan kepada orang
tua dalam memenuhi segala kebutuhannya.
2.
Menghidupkan dalam diri anak
kemalasan dan suka menyuruh. Setiap yang mereka butuhkan senantiasa datang
kepada mereka tanpa kesulitan dan penat.
3.
Berbenturan dengan kenyataan.
Karena pada kenyataannya tidaklah segala yang diinginkan bisa didapat tanpa
upaya untuk mendapatkannya.
* * *
Contoh praktis dan Kisah-Kisah
Pentingnya Kemandirian Dalam Membangun Karakter Anak
1.
Sofiah, Ibu az-Zubair Ibn
al-Awwam pernah memukul az-Zubair dengan keras. Az-Zubair adalah anak yatim
(ayahnya sudah meninggal). Maka ada yang berkata kepada ibunya:
"Engkau membunuhnya, engkau
membinasakannya!"
Sofiah membaca bait syair:
Sesungguhnya aku memukulnya agar kuat
Dan menjadi memimpin tentara yang besar
(pemberani)[59]
Pelajaran yang dapat dipetik
dari kisah:
Ibu az-Zubair, Sofiah sangat
perhatian akan pengasuhan putranya agar menjadi anak mandiri dan pemberani.
2.
Kisah yang sebelumnya kami
ceritakan antara Abdurrahman Ibn Auf dan Sa'ad Ibn Ubadah yang menyebutkan:
"Ketika kaum Muhajirin tiba di Madinah,
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-
mempersaudarakan antara Abdurrahman Ibn Auf dengan Sa'ad Ibn ar-Rabi'.
Sa'ad berkata kepada Abdurrahman Ibn Auf:
"Aku adalah orang Anshar yang paling
berharta. Hartaku aku bagi dua denganmu. Aku juga memiliki dua istri, lihat
mana yang engkau sukai dari keduanya dan katakan kepadaku, aku akan
menceraikannya. Jika selesai masa iddahnya[60]
nikahilah dia."
Abdurrahman menjawab:
"Semoga Allah memberkahi dirimu, keluarga
dan hartamu. Di mana pasar kalian?"
Orang-orang pun menunjuk pasar Bani Qoinuqo.
Tidak berselang waktu, Abdurrahman sudah
memiliki kelebihan sandang dan makanan."
(Al-Bukhari no.3780 dan Fathul Bâri 7/486)
Pelajaran dari kisah:
“Abdurrahman Ibn Auf mandiri
dalam mencari nafkah dan mencari rezeki sehingga mendapatkan apa yang
diinginkannya.”
*
* *
LANGKAH 24
MENJADIKANNYA DAI KECIL
Sugestikan pada diri anak
jalan dakwah kepada Allah -azzawajalla-. Agar anak kita menjadi dai
kecil yang akan memancarkan cahaya dan penerangan. Kenapa tidak, banyak contoh
dalam terbitnya fajar Islam kisah anak-anak kecil yang memiliki kontribusi
cemerlang dalam berdakwah kepada Allah.
Berikut fajar cemerlang itu:
Contoh Praktis Dan Permisalan
Dai Kecil
Ketika kaum Anshar tiba di
Madinah setelah hijrahnya Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- dan Islam bangkit di sana. Sisa-sisa pelaku
kesyirikan masih ada di Madinah, di antaranya Amr Ibn al-Jamûh. Adapun
putranya, Mua'dz merupakan salah seorang yang turut dalam bait 'aqobah[61]
dan membaiat Rasulullah.
Amr Ibn al-Jamûh adalah tokoh
dari Bani Salamah dan termasuk pembesar mereka. Di rumahnya ada berhala dari
kayu yang disebut dengan Manah, sebagaimana yang juga dilakukan para
pembesar-pembesar lainnya. Berhala itu mereka jadikan sebagai tuhan dan
disucikan.
Ketika beberapa pemuda dari
Bani Salamah memeluk Islam; seperti Mu'âdz Ibn Jabal, Mu'âdz putra Amr Ibn
Jamûh beserta beberapa pemuda lain yang turut dalam bait 'Aqobah, tatkala malam
tiba mereka mengambil berhala milik Amr dan memindahkannya ke parit Bani
Salamah, tempat orang-orang membuang hajat yang penuh dengan tinja, dengan
membenamkan wajah berhala itu.
Ketika pagi hari Amr terkejut
dan berkata:
"Celaka! Siapa yang telah menculik tuhan
kita tadi malam!?"
Dia pun mencari-cari
berhalanya. Ketika didapatkannya, dicucinya berhala itu dan diberinya
wangi-wangian seraya berkata:
"Demi Allah. Seandainya aku tahu siapa yang
telah melakukannya kepadamu akan aku ganjar dia atas perbuatannya."
Ketika
hari gelap dan Amr telah tertidur, pemuda-pemuda itu melakukan lagi hal serupa
seperti yang mereka lakukan sebelumnya terhadap berhala milik Amr.
Hal
itu terjadi berulang-ulang, hingga suatu kali diambilnya lagi berhalanya dari
tempat pembuangan, dimandikan dan diberi wewangian. Kemudian diambilnya pedang
miliknya dan digantungkan pada berhala itu seraya berkata:
"Demi Allah, sungguh aku tidak tahu siapa
yang telah memperlakukanmu sedemikian seperti yang kau tahu. Jika pada dirimu
ada kebaikan, maka belalah dirimu
sendiri, ini aku sertakan pedang bersamamu.”
Ketika
malam dan Amr telah tertidur, anak-anak muda itu kembali beraksi, mengambil
pedang yang tergantung di leher berhala, mengikat berhala dengan tali bersama
bangkai anjing dan melemparkannya ke parit Bani Salamah yang berisi tinja
manusia.
Pagi
harinya Amr Ibn al-Jamûh kembali tidak mendapati berhalanya pada tempatnya. Dia
pun kembali mencari hingga mendapatinya tersungkur di parit terikat bersama
bangkai anjing. Melihat hal itu dan menyadari akan kebodohannya serta
berdiskusi dengan kaum muslimin dari kaumnya, dia pun akhirnya memeluk Islam,
mengikrarkan keislamannya dan bersungguh-sungguh dalam keislamannya.[62]
*
* *
LANGKAH 25
KENALKAN ANAK DENGAN MUSLIHAT
MUSUH-MUSUH AGAMA INI
Penting mengenalkan
putra-putri kita apa yang menjadi muslihat musuh-musuh agama ini yang sesuai dengan
daya nalarnya. Hal ini memiliki berbagai manfaat, di antaranya:
1.
Agar dia mengetahui keburukan,
sehingga dapat menghindari dan menjauh darinya.
2.
Menghidupkan loyalitas pada
diri anak, dengan mengenalkan mereka bahwa motivasi muslihat musuh adalah kedengkian
terhadap Islam.
3.
Menambah kecintaan terhadap
agama.
* * *
LANGKAH 26
PUTUS ASA ADALAH JALAN
KEGAGALAN
Kepada para ayah dan ibu
janganlah mengenalkan jalan keputusasaan di hati anak-anak. Karena orang tua
memikul amanah yang besar, hendaknya bersabar dan berjalan ke depan dalam
mendidik putra-putrinya pendidikan Islami yang benar, yang menuntun mereka untuk mengamalkan
agama ini dan merealisasikan cita-cita dari keberadaan mereka yaitu mengibadahi
Allah semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu.
Hidup senantiasa diselimuti
banyak kendala dan kekurangan. Ketenangan abadi hanyalah di negeri yang kekal
akhirat. Adapun dunia, ia adalah negeri amal dan cobaan. Kita hanyalah
melintasinya untuk menuju negeri akhirat yang merupakan negeri perhitungan dan
balasan. Oleh sebabnya kenapa kita harus berputus asa?!
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Ketidakputusasaan
1.
Aisyah -radiallahu'anha-
bertanya kepada Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- :
"Adakah hari yang lebih
sulit yang engkau lalui dari hari perang
Uhud?"
Nabi menjawab:
"Aku telah mengalami segala perlakuan yang
dilakukan oleh kaummu terhadapku. Yang paling berat dari yang aku alami adalah
peristiwa Aqobah. Aku telah menyampaikan keadaanku kepada Ibnu Abduyâlail Ibn
Abdul Kilab, tetapi dia tidak menggubris apa yang menjadi keinginanku. Aku pun
pergi dengan kesedihan di wajahku. Ketika tersadar aku telah berada di Qorn
ats-Tsa'âlib. Ketika kuangkat kepalaku, ternyata awan telah menaungiku. Ketika
aku tatap ternyata ada malaikat Jibril, yang kemudian menyapaku, dan berkata:
"Allah telah mendengar perkataan kaummu
kepadamu serta sikap mereka. Malaikat gunung telah diutus kepadamu supaya
engkau perintah sekehendakmu.”
Malaikat gunung menyapa dan
memberi salam kepadaku, lalu berkata:
"Wahai Muhammad, sekarang terserah padamu.
Jika engkau berkehendak aku akan timpakan kepada mereka dua gunung ini."
Nabi -shalallahu alaihi
wasalam- menjawab:
"(Tidak), bahkan aku berharap akan keluar
dari keturunan mereka orang-orang yang akan menyembah Allah semata dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun."[63]
*
* *
LANGKAH 27
HENDAKNYA BERSABAR
Kata sabar di dalam al-Quran
disebut lebih dari 70 kali. Ini menunjukkan betapa penting dan besarnya
kesabaran. Cita-cita dan harapan tidak akan tercapai tanpa kesabaran menapaki
kesulitan dan beratnya beban mendidik. Ia merupakan jalan panjang yang dipenuhi
kesulitan dan kepenatan. Para orang tua hendaknya menyadari bahwa tanggung
jawab ini berat, tidak sekadar menyediakan makan dan minum saja, lebih dari
itu. Hendaknya menghiasi diri dengan kesabaran, mengenakannya dan menjadikannya
moto dalam mendidik. Orang tua mendapat pahala manakala disertai dengan niat
yang saleh.
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Kesabaran
Urwah Ibn az-Zubair dan
putranya, Muhammad mendatangi Walid Ibn Abdul Malik. Muhammad putra Urwah
adalah anak yang amat tampan wajahnya. Suatu hari dia datang kepada al-Walid
mengenakan pakaian bordir bermotif warna dengan rambut dikepang dua sambil
menepuk tangannya. Walid berkata:
"Beginilah semestinya
pemuda Quraisy!” dia pun terkena ain[64].
Ketika keluar dia menjadi linglung, terjatuh pingsan di penambatan kuda dan
terinjak-injak kuda hingga tewas. Sementara ayahnya, Urwah terjangkit kusta di
kakinya. Para tabib didatangkan. Mereka berkata: “Jika tidak dipotong, kustanya
akan menggerogoti bagian tubuh yang lain dan akan membinasakannya.” Akhirnya
diputuskan memotong kakinya. Pemotongan dilakukan dengan gergaji. Ketika gergaji diletakkan di kakinya dia meletakkan
kepalanya ke bantal. Selang satu jam dia pun pingsan. Ketika sadar, keringat
bercucuran di wajahnya, dan dia terus mengucap tahlil dan takbir. Seusai
pemotongan Urwah mengambil potongan kakinya, membolak-baliknya dengan tangannya
seraya berkata:
"Sungguh yang membuatku lega dan engkau
mengetahuinya, bahwa aku tidak pernah membawamu ke tempat haram dan maksiat,
tidak pula pada apa yang tidak diridai Allah."
Kemudian dia memerintahkan
memandikan, meminyaki, mengafani potongan itu dengan beludru dan dikuburkan di
pekuburan muslimin. Ketika tiba di Madinah dan berada bersama al-Walid, karib
kerabat dan para sahabatnya menyambutnya dan berbela sungkawa terhadapnya.
Namun dia berkata:
"...Sesungguhnya kita
telah merasa letih karena perjalanan kita ini". (QS. Al-Kahfi:62)
Tidak lebih dari itu.
Ibnul Qoyyim -rahimahullah-
berkata:
"Ketika kakinya akan
dipotong orang-orang berkata: ‘Jika boleh, kami akan memberimu suatu minuman
agar tidak berasa sakit!"
Namun Urwah berkata:
"Sesungguhnya aku diuji untuk melihat kesabaranku. Apakah kemudian aku
akan berpaling darinya."[65]
*
* *
LANGKAH 28
BERKONSULTASI (BERMUSYAWARAH)
Berkonsultasi amatlah penting
dalam pendidikan anak. Ia merupakan tahapan pendidikan terpenting dan salah
satu fondasi pokok. Yang demikian karena ia memiliki banyak manfaat dan hasil
yang paripurna bagi yang mempraktekkan dan memperhatikannya. Ia menjauhkan kita
dari problematika yang sebetulnya solusi dari problematika tersebut kita
miliki. Oleh karena itu, kita hendaknya berkonsultasi kepada spesialis dalam
perkara ini dari para alim ulama yang
terpercaya agama dan amalnya.
Al-Hasan al-Bashri -rahimahullah-
berkata:
"Demi Allah, tidaklah
suatu kaum bermusyawarah, melainkan diberi petunjuk kepada yang lebih baik dari
keadaan mereka semula." Kemudian dia membaca:
"...Sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka..." (QS.Syuro:38)[66]
* * *
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Musyawarah
1.
Dahulu kaum Anshar sebelum
datangnya Rasulullah -shalallahu alaihi wasalam- jika hendak melakukan
suatu urusan mereka bermusyawarah, baru kemudian dilaksanakan. Sehingga Allah
memuji mereka dan Rasulullah memerintahkan mereka melakukannya.[67]
2.
Nabi -shalallahu alaihi
wasallam- berkonsultasi kepada para sahabatnya mengenai perseteruan dengan
musyrikin Quraisy. Abu Bakar -radiallahu'anhu- berdiri dan berkata dengan perkataan yang
terbaik. Berdiri pula Umar Ibn al-Khatthab -radiallahu'anhu- dan berkata dengan perkataan yang baik.
Al-Miqdad Ibn Amr pun berdiri pula dan berkata:
"Wahai Rasulullah, titahkan apa yang hendak
engkau perintahkan sebagaimana yang Allah perlihatkan kepadamu. Kami bersamamu.
Demi Allah, kami tidak akan mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Bani Israel kepada Musa:
“...Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (al-Maidah: 24)
Akan tetapi pergilah engkau bersama dengan
Tuhanmu dan berperanglah, sesungguhnya kami bersamamu turut berperang. Demi Zat
yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau berjalan membawa kami ke tempat
yang jauh, niscaya kami akan menetapinya hingga engkau mencapainya. Rasulullah
-shalallahu alaihi wasallam- mengatakan kebaikan dan mendoakannya,
kemudian berkata:
((أشيروا عليّ أيها الناس))
“Berilah
saran kepadaku wahai manusia!”
Yang beliau maksud adalah kaum Anshar. Yang
demikian karena Anshar mayoritas, dan ketika Baiat Aqobah telah berikrar:
“Wahai Rasulullah, kami berlepas diri dari
celaanmu hingga engkau sampai ke tempat kami. Jika engkau tiba di tempat kami,
engkau dalam perlindungan kami. Kami akan membelamu sebagaimana kami membela
anak-anak dan istri-istri kami.”
Mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi
wasallam- berujar demikian, Saad Ibn Mu’adz, salah seorang tokoh Anshar
berkata:
“Demi Allah, engkau
memaksudkan kami wahai Rasulullah?”
“Ya.” Jawab Rasulullah.
“Sungguh kami telah beriman
dan mempercayaimu wahai Rasulullah.”[68]
LANGKAH 29
ISTIKHARAH (Meminta Petunjuk
Kepada Allah)
Ia merupakan petunjuk nubuat
yang diajarkan Rasulullah kepada kita. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jabir
Ibn Abdullah -radiallahu'anhuma-:
"Rasulullah mengajarkan
kami istikharah dalam setiap perkara sebagaimana mengajarkan kami surat
dari surat-surat al-Quran dan bersabda:
"Jika salah seorang dari
kalian ragu dalam suatu perkara, hendaknya melakukan shalat dua rakaat sunah,
lalu mengucapkan :
((اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ
وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي
دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ -
فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ
شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ
أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ
أَرْضِنِي))
[Allahumma inni astakhiruka bi
ilmika, wa astaqdiruka bi qudrotika, wa as aluka min fadhlikal adzhim, fa
innaka taqdiru walaa aqdir, wa ta'lamu walaa a'alam, wa anta 'allamul ghuyuub.
Allahumma in kunta ta'lamu anna hadzal amro khairun lii fii diinii wa ma'aasyi
wa 'aaqibatu amrii –'aajili amrii wa aajilihi- faqdurhu lii, wa yassirhu li
tsumma baarik lii fiihi, wa in kunta ta'lamu anna hadzal amro syarrun lii fii
diini wa ma'aasyi wa 'aaqibatu amri –'aajili amrii wa aajilihi- fashrifhu 'anni
washrifnii 'anhu, waqdir lialkhairo haitsu kaana tsumma ardhinii bihi. <Lalu
menyebutkan hajatnya> ][69]
Tidak akan menyesal siapa pun
yang beristikharah (meminta petunjuk) kepada Sang Pencipta dan
bermusyawarah kepada kaum mukminin serta mempelajari permasalahannya. Allah -subhânahu
wata'âla- berfirman:
"…dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Apabila kamu telah membulatkan tekad,
bertawakkallah kepada Allah."
(QS. Ali Imran:159)
LANGKAH 30
BERDOA KEMUDIAN BERDOA
Wahai para ayah yang baik dan
ibu yang penyayang, atas kalian berdoa, kemudian berdoa; agar Allah memberi
kalian taufik dalam mendidik anak-anak kalian dengan pendidikan yang saleh yang
mengarahkan mereka berkhidmat kepada agama yang agung ini.
Doa memiliki peran yang amat
penting dalam kesalehan dan kebaikan anak. Berapa banyak doa yang bertepatan
dengan waktu pengabulan menjadi sebab kebahagiaan anak di dunia dan akhirat.
Dan berapa banyak pula doa yang menyimpangkan jalan anak yang menjadikannya
menapaki jalan sesat dan menyimpang. Sungguh demi Allah, berdoalah dengan doa
yang saleh dan jangan meninggalkan langkah-langkah yang telah disampaikan
sebelumnya.
Contoh Praktis Dan Kisah Yang
Menunjukkan Pentingnya Doa
1. Dari Imam ad-Dzahabi, bahwa
al-Hakim berkata:
“Abu Ali an-Naisaburi menceritakan kepada kami
dari syaikh-syaikhnya bahwa Ibnul Mubarok singgah di rumah Isa. Ketika itu
al-Hasan, putra Isa tengah berada di atas tunggangannya melintas, sedang Ibnul
Mubarok berada di majelis. Isa adalah pemuda yang memiliki paras yang tampan.
Ibnu Mubarok bertanya tentangnya. Maka dikabarkanlah bahwa Isa adalah seorang
Nasrani. Ibnu Mubarokpun berujar:
“Ya Allah, berilah dia rezeki
keislaman!”
Doa Ibnu Mubarok itu pun
dikabulkan Allah.[70]
2. Imam ad-Dzahabi berkata:
“Menceritakan kepada kami Abu Yahya Ibn ar-Râzi.
Katanya:
'Aku mendengar Sa’id ar-Râzi berkata: 'Kami
pergi bersama Ahmad Ibn al-Hanbal ke rumah al-Mutawakil. Ketika dia seorang
saja yang diperkenankan masuk melalui pintu khusus dia berkata kepada kami:
“Pulanglah kalian, semoga Allah memberi keafiatan kepada kalian.”
Setelah doa itu, tidak ada
dari kami yang terkena penyakit .”[71]
3.
Al-Waqidi berkata:
"Muawiah membekali Uqbah Ibn Nafi dengan 10 ribu dirham sebagai
perbekalan perang. Hasilnya Afrika dapat ditaklukkan. Mulailah wilayah itu
dipetakan. Wilayah tersebut adalah wilayah liar yang tidak pernah kosong dari
binatang buas dan ular. Dia pun mendoakan tempat itu hingga tidak ada seekor
pun hewan liar di sana. Semua
hewan-hewan itu pergi membawa semua anak keturunan mereka. [72]
PENUTUP:
Pada penutup tulisan ini “30
Langkah Praktis Mendidik Anak Agar Beramal Dengan Agama Ini” memang sedikit
halamannya, tetapi penuh makna. Saya meminta kepada Allah -azzawajalla-
menjadikan setiap yang tertulis sebagai timbangan yang baik pada hari pertemuan
dengan-Nya. Hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan keturunan, kecuali bagi
mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih, dan menjadikannya
pengilham kebaikan kepada kebenaran.
Apa yang benar adalah dari
Allah semata dan apa yang salah adalah dari diri pribadi dan setan, Allah dan
rasul-Nya berlepas diri, dan saya memohon ampunan kepada Allah dari padanya.
Salawat dan salam atas Nabi
kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Yang mencintai kalian
Salim Shalih Ibn Madhi
No comments:
Post a Comment